Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunakan Cara "DPRD", Ahok "Crop" Anggaran yang Dianggap Boros

Kompas.com - 02/04/2015, 08:58 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama bakal memenuhi undangan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) untuk menyamakan persepsi tentang program-program yang tersusun dalam RAPBD 2015. Menurut Basuki, program-program di dalam RAPBD DKI masih banyak yang terindikasi berlebih dan merupakan pemborosan.

Rencananya, pada pukul 09.00, Basuki akan datang ke Kemendagri bersama pejabat satuan kerja perangkat daerah (SKPD) DKI. 

"Kami perlu samakan persepsi dengan Kemendagri. Misalnya begini, sudah ada perda yang menyatakan modal yang harus disetor kepada Bank DKI kira-kira Rp 13 triliun, setor modal PT Jakarta Propertindo (Jakpro) kira-kira Rp 10 triliun, setor modal PT Food Station Tjipinang Jaya Rp 1,5 triliun," kata Basuki di Balai Kota, Kamis (2/4/2015). 

DKI, lanjut dia, baru menyetor modal Rp 47 miliar kepada PT Food Station Tjipinang Jaya, Rp 2,5 triliun kepada PT Jakpro, dan Rp 3 triliun kepada Bank DKI. Padahal, DKI memiliki kewajiban bahwa persero harus menyetor modal sebesar 25 persen.

Lalu, bagaimana cara mendapatkan anggaran untuk menyetor modal kepada BUMD DKI tersebut?

"Sekarang kami mirip-mirip perilaku, tanda kutip, DPRD. Kami ingin meng-crop anggaran-anggaran yang menurut kami boros," kata Basuki.

Misalnya, apakah realistis jika anggaran pembangunan gelanggang olahraga (GOR) sebesar Rp 43 miliar-Rp 47 miliar. Kemudian, menurut usulan, pembuatan event olahraga membutuhkan 300 orang. Padahal, menurut Basuki, perusahaan swasta hanya membutuhkan sekitar 200 orang untuk menjadi panitia dan mengurus acara tersebut. Sementara itu, SKPD DKI terkadang membutuhkan panitia 300-1.000 orang.

Dugaan mark-up anggaran juga dilihat dari usulan jumlah hari orang kerja. Untuk membangun sebuah gedung, pihak swasta hanya membutuhkan 60 hari kerja dengan 50 pekerja. Sementara itu, DKI mengusulkan 90 hari kerja dengan 100 pekerja.

"Nah, makanya kami evaluasi, kalau mark-up kayak gini, lebih baik kami hapus saja gedungnya, ngapain," kata Basuki. 

Contoh lain anggaran yang akan dievaluasi adalah konsep desain terminal. Basuki memberi contoh, banyak pembangunan terminal yang tidak dapat dilanjutkan karena konsep desain yang salah.

Tak hanya terminal, pembangunan GOR juga disoroti Basuki karena dibuat dengan desain penuh kaca dan terlalu rapat. Desain seperti itu justru membuat kondisi semakin panas. Anggaran-anggaran seperti itu yang akan dipotong oleh Basuki dan dialihkan untuk penyertaan modal BUMD.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com