Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Prostitusi "Online" di Twitter (1)

Kompas.com - 16/04/2015, 07:45 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Prostitusi online bukanlah barang baru di Indonesia. Keberadaannya merupakan bagian dari kenyataan pahit yang tak segera diobati.

Sebut saja Mami (32), perempuan yang sudah malang melintang di dunia prostitusi online sejak 2007 lalu di Jakarta. Mami enggan bekerja di lokasi prostitusi dan memilih dunia online karena tidak perlu keluar rumah.

"Satu, kita enggak perlu keluar, lebih bebas dari razia dan kita lebih safety,” ucap Mami kepada Kompas.com di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (14/4/2015).

Selain itu, di dunia prostitusi online, para perempuan bebas memilih kliennya, tidak seperti bekerja di perusahaan yang dianggap mengikat.

“Kita bisa nentuin gue mau atau enggak sama kliennya. Kalau kita kerja terikat kan, misalnya kalau di karaoke. Kalau misalnya kliennya enggak sesuai nih, tapi kliennya sudah bayar ke perusahaan, kita harus ngelayanin,” cerita Mami.

Mami mencontohkan pemotongan harga yang sering dilakukan. Misalnya, bayaran dia Rp 1  juta, tetapi ia hanya menerima Rp 500.000. Sebab, setengahnya sudah dipotong untuk perusahaan dan induk semangnya.

Dengan demikian, kalau perempuan tidak suka dengan klien tersebut, ia tidak perlu repot menolak. Ia hanya perlu bilang tidak, dan urusan selesai.

“Tapi kan kalau online, kalau misalnya bilang gue enggak sreg, ya udah tinggal cancel gitu,” ungkap Mami.

Lewat Twitter

Saat pertama kali menjadi angel (istilah perempuan yang dilacurkan di forum/dunia online), Mami menggunakan forum sebagai sarana promosi dirinya. Namun, sejak tahun 2013, ia mengaku banyak angel pindah ke dunia Twitter sebagai ranah promosi. Saat itulah kemudian dirinya juga mengikuti para angel lainnya.

"Gini, kalau Twitter itu aku juga baru tahu saat tahun 2013. Kalau anak-anak ngungsi ke Twitter,” kata Mami.

Perpindahan itu, kata Mami, lebih karena di forum sudah tidak aman lagi. Salah satunya banyak polisi yang kemudian menggerebek usaha mereka.

"Karena banyak polisi di forum. Sering dengarlah, digerebek di Mediterania atau Casablanca yang pernah digerebek jasa esek-esek online,” ungkap Mami.

Selain kurang aman, di forum, kata Mami, pengelolanya kerap meminta bayaran per tahun kepada mereka. Hal ini dilakukan untuk verifikasi bahwa angel tersebut memakai foto yang asli.

"Lebih cenderung ke Twitter karena kalau di forum biasanya harus bayar member per tahun. Biasanya Rp 150.000,” ucap Mami.

Kendati demikian, Mami mengakui, perpindahannya dari forum ke jejaring sosial Twitter juga memilik dampak lain. Salah satunya pelanggan yang beragam, termasuk anak-anak.

"Cuma sih kalau untuk klien itu di forum mereka lebih punya verifikasi dan itu enggak sembarangan orang. Kalau di Twitter kan, maaf maaf ya, anak kecil aja bisa masuk kalau kita enggak protect account,” ungkap Mami.

Baca:
Mengintip Prostitusi "Online" di Twitter (2)
Mengintip Prostitusi "Online" di Twitter (3)
Mengintip Prostitusi "Online" di Twitter (4-Selesai)


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com