Trie Lembayung (32), pekerja di kawasan Thamrin, misalnya, harus menempuh perjalanan selama dua jam dari waktu normal yang hanya 50 menit. Bahkan, ia harus berjalan kaki sekitar 1 kilometer untuk mencapai tempat kerjanya.
"Dari rumah saya sudah berangkat lebih awal, tau-tau jalanan ditutup. Terpaksa jalan kaki sambil pake helm," kata karyawati yang biasa berangkat ke tempat dengan ojek ini. Ibu dua anak ini tinggal di Kebun Jeruk, Jakarta Barat.
Cynthia Maharani (35), warga Pejaten, menuturkan, dirinya terpaksa berangkat pukul 05.30 dan naik kereta untuk menghadiri acara pukul 10.00 di Jalan Medan Merdeka Barat. "Saya lebih baik menunggu 4 jam daripada telat. Sebenarnya dari rumah saya ke sana bisa satu kali saja naik angkutan umum. Daripada saya menunggu di dalam bus, lebih baik menunggu di dalam gedung," ujarnya.
Imbas kemacetan sampai terasa di Bekasi, jauh dari Jakarta Convention Center (JCC), lokasi penyelenggaraan KAA. Sari (30), warga Jatibening, Kota Bekasi, terpaksa berangkat kerja lebih awal setengah jam, yakni pukul 05.30, menuju kantornya di kawasan Kuningan, Jakarta, demi menghindari penutupan. Sari menggunakan mobil menuju kantornya. "Waktu Senin jalanan memang lancar. Tapi, saya lebih baik berangkat lebih awal karena Selasa kemarin ternyata juga macet," katanya.
Annisa (25), karyawan di daerah Ancol, lebih beruntung. Dengan menggunakan transjakarta, jalur yang ia tempuh dari Lebak Bulus tidak terkena imbas penutupan jalan. Namun, ia tetap berangkat setengah jam lebih awal dari jadwal biasa untuk mengantisipasi kemungkinan terjebak kemacetan.
Pada sore hari, bus transjakarta Koridor 9 jurusan Pinangranti-Pluit yang sudah sampai daerah Mampang terpaksa berbalik arah ke Pancoran karena waktu sudah memasuki pukul 17.00. Petugas di bus itu, Sujarwo, menjelaskan, bus terpaksa berbalik arah karena pada jam itu ruas jalan menuju Semanggi dan Senayan ditutup.
Sujarwo mengatakan, mestinya bus dapat masuk Tol Dalam Kota sejak di Pintu Tol Cawang, tetapi saat itu masih pukul 16.30 sehingga bus tetap melaju di jalur busway. Karena itu, bus terpaksa berbalik arah ke Pancoran untuk masuk Tol Dalam Kota. Salah seorang penumpang, Suhadi (45), mengatakan, perjalanan Cawang ke Palmerah yang biasanya dapat ditempuh 1 jam menjadi 2 jam.
Hingga pukul 20.00, kendaraan masih menumpuk di kawasan Slipi karena Jalan Gatot Subroto menuju arah Semanggi ditutup saat para kepala negara dan delegasi peserta KAA melintas. Sebagian pekerja yang berstatus komuter (pelaju) itu beralih ke angkutan kereta api, terutama yang rumahnya di Depok dan Bogor.
Berkah bagi tukang ojek
Tak sedikit penumpang yang turun dari bus untuk mencari kendaraan alternatif. Inilah berkah bagi tukang ojek. "Tukang ojek di sini cuma lima. Padahal, penumpangnya sampai puluhan," ujar Apni (43), tukang ojek yang sering mangkal di sekitar jembatan penyeberangan orang Semanggi.
Membeludaknya penumpang berbanding lurus dengan pendapatannya. Apni mengatakan, pada pukul 08.00-10.00, yang menjadi rentang waktu kemacetan paling parah, dirinya mampu mengantongi Rp 300.000. Padahal, pada hari normal, dia hanya mendapatkan Rp 75.000 hingga tengah hari (pukul 12.00).
Beginilah situasi Ibu Kota. Susah dan berkah seolah bersahutan. (JAL/MDN/PIN/ART/MKN/ILO/FRO/B06/B07)
-----------
Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Kamis, 23 April 2015, dengan judul "Berjibaku Menembus Penutupan Jalan".