Adip mengatakan, siswa tersebut sebenarnya hanya dimanfaatkan untuk menjual tiket.
"Siswa tersebut mengaku mendapatkan tawaran dari seseorang melalui Line (pesan instan). Namun, orang tersebut tidak pernah dikenalnya secara langsung. Ia juga tidak menyebutkan detail acara. Karena memang berasal dari keluarga kurang berkecukupan, siswa tersebut akhirnya mengiyakan untuk menjual tiket," tutur Adip seusai pertemuan dengan Dinas Pendidikan di Jakarta, Jumat (24/4/2015).
Namun, berdasarkan penelusurannya, siswa belum berhasil menjual satu pun tiket. Ia menyayangkan, mengapa EO bisa memanfaatkan siswa siswi SMA yang berada dalam masa penat setelah UN untuk menjual tiket pesta semacam ini.
Sementara itu, di SMAN 29 Jakarta, tiga siswi dimanfaatkan untuk menjadi model promosi acara pesta ber-dress code bikini itu. Kepala SMAN 29 Ratna mengatakan, salah satu siswanya sempat ditawari oleh seseorang melalui media Line.
"Siswa SMA, karena ditawari mempromosikan sesuatu, maka dia mengajak ketiga temannya. Akhirnya tiga siswi kami di-shooting di sekolah untuk mempromosikan acara, tetapi tidak diberi tahu, detail pesta seperti apa yang diadakan itu," katanya.
Video tersebut kemudian diunggah di YouTube. Selanjutnya, video yang direkam oleh Divine Production itu menjadi media promosi dengan melibatkan nama sekolah yang sebenarnya tidak mengetahui apa-apa soal pesta merayakan selesainya UN itu. (Agustin Setyo Wardani)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.