Taufik mengaku setuju atas konsep Lenggang Jakarta di Monumen Nasional itu. Menurut dia, hal tersebut merupakan upaya Pemerintah Provinsi DKI untuk mengatur pedagang kaki lima (PKL).
Taufik mengakui, penataan PKL di Lenggang Jakarta merupakan terobosan bagus. Dia pun yakin sedikit demi sedikit pembeli di Lenggang Jakarta akan semakin ramai. Akan tetapi, Taufik menyarankan untuk membuat mudah proses pembayaran di Lenggang Jakarta. Prosesnya tidak boleh sampai merugikan pembeli ataupun penjual sendiri.
Sebagai informasi, di Lenggang Jakarta, semua kios yang ditempati para PKL dilengkapi mesin electronic data capture (EDC). Dengan demikian, transaksi pembayaran sepenuhnya menerapkan sistem non cash melalui kartu e-money. Taufik pun mengingatkan tidak semua orang bisa bertransaksi dengan menggunakan sistem itu. Terlebih lagi, pengunjung Monas tidak hanya berasal dari Jakarta.
"Kan enggak semua orang punya e-money. Yang rekreasi ke Monas biasanya siapa sih, lebih banyak kelompok bawah yang sudah terbiasa dengan uang cash," ujar Taufik.
Sebelumnya, pedagang sempat mengeluhkan omzet penjualan di Lenggang Jakarta. Bahkan, salah satu dari mereka mengaku baru menjual tiga porsi selama satu bulan berjualan.