"Banyak orang politik dari partai yang telepon, BBM, dan SMS saya minta agar tidak dibongkar. Nah, saya pikir untuk kepentingan politik dengan tidak membongkar permukiman beberapa ratus orang, apa kamu mau korbanin 10 juta orang? Saya sih ngerti kebijakan saya ini enggak populer, tapi tugas saya bukan soal populer, tugas saya membuat Jakarta tidak banjir dan macet lagi," kata Basuki menegaskan, di Balai Kota, Rabu (27/5/2015).
Basuki menjelaskan, warga-warga yang bangunannya akan digusur ini menempati ruang publik sepanjang 2,8 kilometer. Ruang itu seharusnya dijadikan sebagai jalan inspeksi. Permukiman kumuh yang dibangun di sana juga membuat lebar Kali Ciliwung semakin menyempit.
Pembangunan jalan inspeksi ke Mangga Dua daerah Pinangsia diperlukan untuk mengantisipasi kemacetan dan banjir yang selalu menghantui kawasan Gunung Sahari dan Pangeran Jayakarta.
"Makanya beberapa Gubernur sebelumnya selalu tidak bisa membereskan pembongkaran ini. Selain tidak ada jalan inspeksi, kita selama ini terjebak peran sebagai orang politik," kata Basuki.
Semalam, warga Pinangsia mencoba masuk ke lingkungan rumah Basuki. Namun, upaya itu digagalkan oleh polisi dan petugas keamanan kompleks. Massa tertahan di pintu gerbang kompleks tempat tinggal Basuki, yakni Perumahan Pantai Mutiara, Penjaringan, Jakarta Utara.
Unjuk rasa yang dilakukan warga Pinangsia terkait penertiban rumah liar di kawasan perbatasan Taman Sari dan Pademangan. Massa sempat memaksa masuk ke kompleks rumah. Namun, setelah diterima oleh Camat Penjaringan, mereka membubarkan diri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.