Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BBJ Hadirkan "500 Tahun Betawi dalam Sastra"

Kompas.com - 04/06/2015, 15:24 WIB


KOMPAS.com
- Bentara Budaya Jakarta (BBJ) kembali menghadirkan rangkaian diskusi budaya kali ini bertajuk "500 Tahun Betawi dalam Sastra". Program ini mencoba menelusuri kembali kaitan antara sastra dan kota.

Jakarta sebagai locus sastra menarik untuk dibicarakan kembali. Program ini berusaha melacak masa-masa paling awal orang mendokumentasikan kehidupan kota mereka, dari masih bernama Kalapa kemudian Batavia hingga menjadi Jakarta pada 1940-an hingga hari ini.

"Kami juga ingin memeriksa kembali bagaimana sastra lisan di Jakarta, khususnya Betawi, berkembang mengimbangi sastra tulisan. Sementara sastra tulis terus berkembang dengan pelbagai dukungan, sastra lisan Betawi tetap bertahan dalam komunitas Betawi hingga hari ini," demikian rilis BBJ yang diterima Kompas.com

Kelompok-kelompok seperti buleng, gambang rancag, sedikit banyak masih ditanggap saat hajatan orang Betawi. Fenomena ini selain soal daya tahan yang kuat, juga soal bagaimana sastra menjadi bagian penting dalam kehidupan orang Betawi.

Berikut rangkaian kegiatan "500 Tahun Betawi dan Sastra" di BBJ, Jl Palmerah Selatan 17, Jakarta Barat:

Diskusi Kalapa-Batavia-Jakarta (1600-1945)
Jumat (5/6/2015) pukul 14.00–18.00 WIB
Pembicara: Bondan Kanumoyoso, Ibnu Wahyudi, Dr. Mujizah
Moderator: Yahya Andi Saputra

Rangkaian diskusi ini menyoal kembali sastra sebagai dokumentasi sosial. Bagaimana sastra menulis kota dan manusianya. Tentang siapa dan bagaimana mereka menulis sastra juga menjadi bagian dari pembicaraan ini. Sebisa mungkin bagian ini melacak karya-karya sastra yang membahas kehidupan di Batavia pada masa yang paling awal yang mungkin ditemukan.

Faktanya, karya sastra yang ditulis oleh penulis yang tinggal di Batavia/Betawi kemudian berkembang sedemikian rupa. Dari yang menggunakan aksara Arab yang dikenal sebagai Arab-Melayu hingga yang menggunakan aksara Latin. Dari yang dipengaruhi kesusastraan Timur Tengah (hikayat dan syair) hingga yang mencoba menyadur dan menerjemahkan sastra Tiongkok, menyerap bentuk baru berupa roman atau novel dan puisi di masa awal abad ke-20 hingga yang menggunakan bentuk modern sepenuhnya: roman dan puisi—yang paling mutakhir: sastra blog, fiksi mini.

Peran sastrawan Peranakan Cina dan Arab harus dicatat sebagai yang penting. Warga keturunan Arab memulai penulisan sastra berbahasa Melayu-Betawi dalam aksara Arab dan pembukaan taman bacaan. Sementara warga peranakan Cina memulai penulisan dan penerbitan sastra dengan bahasa Melayu Rendah dengan dukungan kapitalisasi percetakan. Tokoh-tokoh yang bisa disebut, antara lain, Muhammad Bakir, Sapirin bin Usman, Abdullah bin Muhammad Al-Misri, Lie Kiem Hok, hingga Chairil Anwar.

Intinya Batavia atau Jakarta ditulis bukan hanya oleh penulis kelahiran setempat, orang Betawi, tetapi juga oleh penulis-penulis yang sengaja hijrah ke kota metropolitan ini untuk mengembangkan karier kepenulisan mereka.

Diskusi Betawi-Jakarta (1945-2000)
Sabtu (6/6/2015) pukul 14.00–18.00 WIB
Pembicara : Zen Hae
Moderator : Yahya Andi Saputra

Sub-sesi ini membahas sastrawan dan karya sastra yang menulis tentang Jakarta dengan berbagai soalnya, termasuk tentang orang Betawi. Di masa sebelum peran ada Aman Datuk Majoindo, sementara di zaman Jepang dan Kemerdekaan ada Chairi Anwar, M. Balfas, Pramoedya Ananta Toer, Toto Sudarto Bachtiar; pada dasawarsa 1950 ada Ajip Rosidi, Misbach Jusa Biran, S.M. Ardan, Firman Muntaco; pada dasawarsa berikutnya ada Ras Siregar yang menulis cerpen “Harmoni” yang penuh humor dan kritik sosial. Pada masa ini mulai tampak tegangan antara Jakarta sebagai kota metropolitan dengan nasib orang Betawi sebagai salah satu penghuninya.

Di saat yang sama berkembang juga musik serius dan populer yang dinamikanya kurang-lebih mirip dengan sastra. Bagaimana musisi dan penyanyi di saat itu menampilkan kembali Jakarta dengan pelbagai masalahnya. Bagaimana pula musik tradisional Betawi dan Melayu tumbuh menjadi kekuatan penting di masa ini. Tokoh yang bisa mewakili suasana ini adalah: Ismail Marzuki, Mashabi dan seterusnya.

Betawi-Jakarta 1970-2000
Pembicara : Maman S. Mahayana
Moderator : Yahya Andi Saputra

Ini adalah masa munculnya Orde Baru hingga berakhirnya rezim tersebut. Sastra Indonesia yang membahas Betawi-Jakarta sebagai tema makin beragam, baik soal isi dan sudut pandang mereka. Penerbitan buku sastra sudah jauh lebih maju, begitu juga peredarannya yang didukung oleh jaringan toko buku yang cukup baik. Bahkan, sasta menjadi bagian dari studi, dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Megapolitan
Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Megapolitan
Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas 'Bodong', Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas "Bodong", Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com