Kepala Subdit Pendidikan dan Rekayasa Ditlantas Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Warsinem mengatakan, polisi tidak pernah menyarankan pemudik memilih sepeda motor untuk kendaraan selama mudik sebab risikonya sangat tinggi.
"Ada banyak kecelakaan saat mudik dengan sepeda motor," ujarnya saat dihubungi, Selasa (9/6/2015) malam.
Data Kementerian Perhubungan RI tahun 2014 menyebutkan, sepeda motor yang keluar dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi saat mudik jumlahnya mencapai 617.850 unit. Sebanyak 2.743 di antaranya mengalami kecelakaan sepanjang arus mudik berlangsung.
Kisaran waktu mudik diasumsikan ialah H-7 sampai H+3 Lebaran. Dari ribuan kecelakaan sepeda motor tersebut, beberapa di antaranya juga berakibat fatal.
Data tersebut juga menyebutkan, sebanyak 515 orang meninggal akibat kecelakaan selama arus mudik dan arus balik. Sebagian besar didominasi pengendara sepeda motor.
Oleh karena risiko tersebut, Warsinem menyarankan pemudik untuk memilih moda transportasi kereta api atau bus untuk kembali ke kampung halaman. Sementara itu, jika membutuhkan sepeda motor, pemudik bisa mengirimkannya melalui kereta api.
Dia mengakui, pilihan tersebut memakan biaya yang lebih besar daripada menunggangi sepeda motor sendiri. Oleh karena itu, pilihan lainnya yang lebih hemat ialah mengikuti acara mudik bareng yang kerap kali diadakan oleh perusahaan-perusahaan.
Diketahui, sejumlah perusahaan kerap kali mengadakan program corporate social responsibility (CSR) dengan mengadakan mudik bareng. Dengan memanfaatkannya, pemudik bisa lebih hemat ongkos karena perusahaan menanggungnya.
Terlebih lagi, ada perusahaan yang biasanya menawarkan pengiriman sepeda motor sekaligus. Hal itu jelas sangat menguntungkan bagi pemudik yang membutuhkan sepeda motor di kampung halaman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.