"Kalau dibilang rem blong, saya enggak yakin karena jalan dari sini ke sana, SPBG, saja bisa. Kalau blong, sudah nabrak dari pagi," kata Manajer Operasional JTM Roni Rachman Gunalan di kantor JTM, di Hek, Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (23/6/2015).
Bus yang dikemudikan Undang Kurniawan, kata Roni, juga layak untuk beroperasi meskipun diakuinya usia bus tersebut sudah menginjak 7 sampai 8 tahun.
Roni menilai, kecelakaan itu lebih ke arah faktor human error atau kesalahan sopir bus. Ia menduga, sopir terburu-buru menginjak pedal gas, padahal sistem remnya belum siap.
"Jadi, pas selesai isi BBG, seharusnya dia nunggu indikator jarum remnya itu ke angka 9. Tetapi, itu saya yakin masih 8 dia sudah injak gas. Kemudian, posisi persneling-nya masih D. Padahal, di bawah 9 itu saja kalau jalan enggak bisa rem," ujar Roni.
Roni tak tahu mengapa sopir buru-buru untuk jalan tanpa mengindahkan hal tersebut. Padahal, ia mengklaim sopir yang mengemudikan bus tersebut juga berpengalaman. Meski baru bekerja di JTM, sopir tersebut sudah berpengalaman 7 tahun mengemudikan truk besar.
"Dia juga sudah masuk di sini sebulan, ikut orientasi, kemudian dilatih 2 minggu. Kita enggak tahu kenapa dia buru-buru jalan. Kita juga enggak suruh dia buru-buru kok," ujar Roni.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.