Lenggang Jakarta menjadi satu-satunya area komersial di kawasan Monumen Nasional (Monas). Lokasinya di antara area parkir dan pintu masuk sisi barat daya. Pintu masuk sisi barat daya ini terhubung langsung dengan mobil pengantar pengunjung ke Tugu Monas.
Meski sempat diserang sekelompok orang yang mengatasnamakan pedagang kaki lima (PKL) Monas, Sabtu malam pekan lalu, sisa-sisa kerusakan bisa diminimalkan dan kegiatan di pusat kuliner dan suvenir itu tetap berlanjut.
Kawasan Lenggang Jakarta dibangun pihak ketiga dan dikelola tersendiri. Pedagang di kawasan itu adalah pedagang yang sudah lama berjualan di area Monas. Total, ada 302 pedagang di Lenggang Jakarta.
Area penjualan makanan di kompleks ini dibentuk seperti pujasera dengan aneka pilihan makanan. Ada mi ayam, bakso, nasi timbel, pecel, dan beragam jenis soto. Ada pula aneka jus dan sup buah.
Di area penjualan suvenir, cendera mata yang ditawarkan umumnya berupa kaus anak dan dewasa yang bergambar Tugu Monas. Ada pula yang menjual gantungan kunci berbentuk Monas. Beberapa penjual lain menawarkan topi dan mainan anak. Hampir semua penjual menuliskan harga barang.
Nina, penjual soto betawi di Lenggang Jakarta, sebelumnya menjual soto ayam biasa, seperti kebanyakan pedagang lain di Monas. "Awalnya saya berjualan minuman botol, lalu naik menjadi penjual soto ayam dengan gerobak," katanya.
Sejak masuk Lenggang Jakarta, dia mendapat pelatihan memasak dan ditawari menjual soto betawi. Sekitar tiga bulan terakhir, Nina mulai berjualan di Lenggang Jakarta.
Di setiap ruang penjual makanan disediakan kompor. Ada pula tempat cuci piring dan perabot masak. Sementara kulkas dan lemari pajang dia sediakan sendiri.
Meski demikian, Nina, yang sudah berjualan di kawasan Monas selama 15 tahun, merasakan jumlah pembeli di Lenggang Jakarta belum sebanyak dulu.
Hal senada disampaikan Hamami, penjual kaus di Lenggang Jakarta. Ia mengaku senang dengan tempat baru ini, tetapi pembeli memang belum seramai saat dia masih menjadi PKL di kawasan taman Monas. "Pembeli, sih, ada saja, tetapi jumlahnya belum sebanyak dulu," ujarnya.
Makin nyaman
Bagi pengunjung Monas, perubahan wajah ini menyenangkan. Monas yang merupakan ikon nasional tak lagi sumpek, terutama pada akhir pekan.
"Melihat Monas sekarang lebih enak, enggak ruwet lagi. Mau makan-minum juga merasa terjamin," kata Ika, warga Cengkareng yang ditemui di Monas, pekan lalu.
Hal senada disampaikan Nisa, warga Depok yang bekerja di kawasan Kebon Sirih. Dia merasa kini bisa mendapatkan kepastian harga barang atau makanan di Lenggang Jakarta. "Kalau dulu, mau nanya harga barang saja malas karena lokasi pedagang kumuh. Sekarang, lokasi nyaman dan harga barang jelas," kata karyawan swasta ini.
Kepala Kantor Pengelola Kawasan Monas Rini Hariyani mengatakan, PKL sudah dilarang total di Monas. Pintu gerbang sisi tenggara yang kerap dijadikan akses masuk PKL kini ditutup total. Petugas penjaga kawasan ini juga diperkuat, baik dari petugas internal, satpol PP, polisi, maupun tentara.