JAKARTA, KOMPAS — Pembangunan Stasiun Palmerah, Jakarta Pusat, banyak diapresiasi warga. Sayangnya, perbaikan wajah stasiun baru itu belum diikuti dengan sistem transportasi yang terintegrasi dan penataan lalu lintas yang baik. Lalu lintas di sekitar stasiun tetap macet, dipadati angkutan kota yang ngetem, ojek, dan taksi.
Pantauan Kompas, Selasa (7/7) pagi, sisi selatan stasiun atau di Jalan Palmerah Selatan masih semrawut. Jalan dipadati angkot yang ngetem lebih dari 10 menit, serta ojek dan taksi yang mangkal. Kopaja 86 jurusan Lebak Bulus-Kota ngetem di bawah jembatan penyeberangan lebih dari 10 menit.
Angkot ngetem itu memakan hingga separuh badan jalan, membuat lalu lintas dari Permata Hijau ke arah Pejompongan macet. Pengendara sepeda motor yang tak sabar pun membunyikan klakson berkali-kali.
Sopir sengaja memberhentikan angkot di mulut jembatan untuk mendekati penumpang. Warga yang turun dari kereta commuter line pun berdesak-desakan keluar jembatan. Di mulut jembatan, mereka disambut puluhan tukang ojek yang menawarkan jasanya.
"Ojek, Bos, ojek," kata tukang ojek sembari memberikan kode dengan lambaian tangan.
Di sisi utara stasiun atau di Jalan Tentara Pelajar arah Pejompongan ke Permata Hijau, suasana lalu lintas sedikit lebih teratur. Ada sekitar tiga polisi lalu lintas yang berjaga di lokasi itu. Puluhan ojek dan taksi mangkal di tepi jalan menunggu penumpang. Ojek dan taksi dimanfaatkan warga untuk berpindah moda menuju lokasi tujuan.
Eko (32), misalnya, sering memanfaatkan ojek untuk menuju Menara Imperium Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, dari Stasiun Palmerah. Karyawan perusahaan telekomunikasi ini memilih ojek karena lebih cepat.
"Sekarang kondisi stasiun lebih nyaman. Apalagi setelah ada jembatan penyeberangan. Namun trotoar masih harus diperbaiki lagi supaya lebih nyaman," ujar Eko.
Di sisi selatan stasiun, infrastruktur trotoar memang masih buruk. Masih ada lubang besar yang menganga di selokan jalan. Akibatnya, warga tak bisa optimal memanfaatkan trotoar itu.
Menurut Eko, ojek perlu diberi lahan khusus sehingga tidak mengganggu lalu lintas di sekitarnya.
Ridwan (30), karyawan yang berkantor di Jalan Jenderal Sudirman, juga mengatakan hal yang senada. Menurutnya, keberadaan jembatan penyeberangan di stasiun sangat membantu warga. Warga lebih nyaman menyeberang dari stasiun ke arah Jalan Palmerah ataupun Jalan Tentara Pelajar. Lalu lintas pun sedikit lebih teratur daripada saat warga masih menyeberang lewat badan jalan.
"Sudah mendingan daripada dulu, orang dan kendaraan saling berebut menyeberang jalan," kata Ridwan.
Ridwan berharap pemerintah segera merealisasikan rencana integrasi moda kereta commuter line dengan moda lain, seperti kereta monorel. Saat ini, ia mengandalkan ojek dan taksi untuk menuju kantornya.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri Yansyah mengatakan, pihaknya sedang mencari lahan untuk memberikan tempat bagi ojek. Ia berharap ojek tak lagi mangkal di tepi jalan supaya tidak mengganggu lalu lintas. Ia juga melarang angkot mengetem karena mengganggu kelancaran lalu lintas.
"Kalau ketahuan ngetem lama, langsung akan kami tilang. Kami berupaya mengatur supaya angkot tidak mengetem lama," ujar Andri.
Menurut Andri, saat ini memang belum ada petugas Dishub DKI Jakarta yang ditugaskan di sekitar stasiun karena keterbatasan personel. Namun, ia berjanji akan segera menertibkan ojek, taksi, dan angkot yang mengetem di sekitar stasiun.
---------------------
Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Selasa, 7 Juli 2015, dengan judul "Perbaikan Stasiun Palmerah Belum Diikuti Penataan Lalu Lintas yang Baik".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.