Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Intinya, Saya Tidak Mau Warga Konsumsi Sapi Berpenyakit

Kompas.com - 11/09/2015, 12:34 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku membuat Instruksi Gubernur (Ingub) Nomor 168 Tahun 2015 untuk lebih ketat mengawasi penyembelihan hewan kurban.

Mulai dari lokasi serta kesehatan hewan kurban diatur dalam Ingub tersebut. Hanya saja, lanjut dia, warga enggan pergi jauh untuk ke lokasi rumah potong hewan (RPH) atau lokasi penyembelihan. 

"Ya sudah, kalau begitu kami kirim petugas. Intinya, jangan sampai ada sapi berpenyakit yang dikonsumsi oleh warga," kata Basuki, di Balai Kota, Jumat (11/9/2015). 

Pria yang akrab disapa Ahok itu mengatakan daging sapi dan kambing itu dibagikan kepada kaum duafa. Menurut dia, lebih baik tidak memberi daging kepada kaum duafa ketimbang memberi daging tidak sehat kepada warga.

Oleh karena itu DKI berkoordinasi untuk menyembelih hewan kurban di satu tempat, yakni di RPH Cakung dan Pulogadung.

"Tapi orang Jakarta kan susah. Mereka masih ngotot (sembelih hewan kurban) di sekolah, ya sudah mesti ditungguin sama kami dan Dinas Kesehatan. Kalau kaum duafa terima daging penyakitan apa enggak kasihan," kata Basuki.

Menurut dia, Pemprov DKI mengalami kelebihan kapasitas RPH. PD Dharmajaya, lanjut dia, tidak membebankan biaya kepada para pedagang yang berjualan hewan kurban di RPH tersebut. Sementara jika berdagang di pinggir jalan, pedagang harus membayar sejumlah uang kepada penyewa lapak.

"Kamu tanya saja pedagang sapi, nyetor uang enggak kalau jualan hewan kurban di pinggir jalan? Nyetor ke ormas atau orang, saya enggak tahu," kata Basuki. 

Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi DKI Jakarta menjamin ternak yang diperjualbelikan untuk memenuhi kebutuhan Idul Adha adalah hewan yang sehat dan memenuhi syarat.

Pihaknya sudah berkoordinasi dengan daerah pemasok ternak agar ternak yang didatangkan atau dipasok disertai Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dari dokter hewan berwenang dari daerah asal.

Hingga 9 September 2015 jumlah tempat penampungan hewan kurban tahun 2015/1436 H terdata sebanyak 49 lokasi dengan jumlah hewan yang telah diperiksa kesehatannya berjumlah sebanyak 1944 sapi, 407 kambing, 177 domba dan 13 kerbau.

Tempat–tempat penjualan hewan kurban akan diperiksa kelengkapan dokumen, didata dan dilakukan pemeriksaan kesehatan hewan oleh petugas.

Tempat penjualan hewan kurban yang telah diperiksa akan diberi tanda stiker yang berarti hewan-hewan tersebut telah memenuhi syarat sebagai hewan kurban, yakni sehat, tidak kurus, tidak cacat, cukup umur dan berjenis kelamin jantan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Cuma di Medsos, DJ East Blake Juga Sebar Video Mesum Mantan Kekasih ke Teman dan Keluarganya

Tak Cuma di Medsos, DJ East Blake Juga Sebar Video Mesum Mantan Kekasih ke Teman dan Keluarganya

Megapolitan
Heru Budi Usul Bangun 'Jogging Track' di RTH Tubagus Angke yang Diduga Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Usul Bangun "Jogging Track" di RTH Tubagus Angke yang Diduga Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Ketika Ketua RW di Kalideres Dituduh Gelapkan Dana Kebersihan lalu Dinonaktifkan Pihak Kelurahan...

Ketika Ketua RW di Kalideres Dituduh Gelapkan Dana Kebersihan lalu Dinonaktifkan Pihak Kelurahan...

Megapolitan
6 Anggota Polres Metro Jaksel Dipecat, Sebagian karena Jadi Pengedar dan Pengguna Narkoba

6 Anggota Polres Metro Jaksel Dipecat, Sebagian karena Jadi Pengedar dan Pengguna Narkoba

Megapolitan
Dua Maling Gasar Motor di Tanjung Priok, Polisi Bergerak meski Korban Enggan Lapor

Dua Maling Gasar Motor di Tanjung Priok, Polisi Bergerak meski Korban Enggan Lapor

Megapolitan
Hal-hal yang Belum Terungkap di Kasus Brigadir RAT: Motif hingga Sosok Pengusaha yang Dikawal

Hal-hal yang Belum Terungkap di Kasus Brigadir RAT: Motif hingga Sosok Pengusaha yang Dikawal

Megapolitan
Rute Transjakarta 8N Kebayoran - Petamburan via Asia Afrika

Rute Transjakarta 8N Kebayoran - Petamburan via Asia Afrika

Megapolitan
Ahok Beberkan Solusi Penanganan Macet Jakarta, Berharap Direalisasikan Gubernur DKI

Ahok Beberkan Solusi Penanganan Macet Jakarta, Berharap Direalisasikan Gubernur DKI

Megapolitan
DJ East Blake Terancam 12 Tahun Penjara akibat Sebar Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih

DJ East Blake Terancam 12 Tahun Penjara akibat Sebar Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Pertimbangkan Usul DPRD DKI soal Sekolah Gratis Negeri dan Swasta

Pemprov DKI Jakarta Pertimbangkan Usul DPRD DKI soal Sekolah Gratis Negeri dan Swasta

Megapolitan
Komisi E DPRD DKI Desak Pemprov Wujudkan Sekolah Gratis Negeri dan Swasta, dari TK sampai SMA

Komisi E DPRD DKI Desak Pemprov Wujudkan Sekolah Gratis Negeri dan Swasta, dari TK sampai SMA

Megapolitan
Inikah Akhir Perjalanan Rosmini, Ibu Pengemis yang Marah-marah?

Inikah Akhir Perjalanan Rosmini, Ibu Pengemis yang Marah-marah?

Megapolitan
DJ East Blake Serahkan Diri ke Polisi Usai Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

DJ East Blake Serahkan Diri ke Polisi Usai Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Maju Mundurnya Ridwan Kamil untuk Pilkada DKI Jakarta...

Maju Mundurnya Ridwan Kamil untuk Pilkada DKI Jakarta...

Megapolitan
Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak: Pelaku Rekan Kerja, Motif Ekonomi Jadi Alasan

Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak: Pelaku Rekan Kerja, Motif Ekonomi Jadi Alasan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com