Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Pemuda di Bekasi Diduga Jadi Korban Salah Tangkap

Kompas.com - 23/11/2015, 20:33 WIB
BEKASI, KOMPAS — Didit Adi Priyatno (27), warga yang bekerja di sebuah rumah kontrakan di Margahayu, Bekasi Timur, diduga menjadi korban salah tangkap oleh polisi.

Didit ditangkap karena disangka membunuh Yosafat Hutabarat (19) pada Minggu, 21 Juni 2015 dini hari, seusai terjadi tawuran antara kelompok pemuda Margahayu dan warga Rawasemut.

Didit dibekuk polisi pada Minggu pagi di rumah kontrakan yang dia jaga bersama lima orang lain. Namun, setelah melalui penyelidikan, polisi membebaskan lima orang tersebut dan menahan Didit yang ditetapkan menjadi tersangka.

Tawuran antara kelompok pemuda Margahayu dan kelompok warga Rawasemut itu berlangsung di SPBU Jalan Chairil Anwar, Kota Bekasi.

Seusai tawuran, Yosafat yang sedang berjalan pulang ke rumah dibacok di bagian punggung hingga menembus ke dada oleh seorang pemuda. Setelah Yosafat tersungkur, pemuda tersebut melarikan diri dengan sepeda motor.

Saat ditemui di tahanan Pengadilan Negeri Bekasi, Didit mengaku tidak terlibat dalam bentrokan dan tidak membacok siapa pun ketika tawuran berlangsung hingga selesai.

"Waktu tawuran, saya hanya berdiri di belakang. Kemudian saya dan beberapa teman kembali ke kontrakan setelah tawuran selesai," katanya.

Didit mengaku kaget ketika ada sejumlah polisi mendatangi rumah kontrakan pada Minggu pagi untuk menangkap dia bersama lima temannya.

Didit bahkan mengaku dipukuli petugas kepolisian dan diminta mengakui pembunuhan tersebut.

Karena merasa tidak sanggup dipukuli, Didit terpaksa mengiyakan pertanyaan polisi. "Kepala saya ditutupi plastik kresek tujuh lapis sampai susah napas," kata Didit saat ditemui, Senin (23/11).

Johanes Gea, pengacara dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta yang menjadi kuasa hukum Didit, mengungkapkan, polisi tidak melakukan pemeriksaan dengan metode ilmiah seperti pemeriksaan sidik jari dan tes darah untuk mengungkap pelaku pembunuhan.

Dalam kasus ini, polisi hanya mengejar pengakuan sehingga diduga terjadi salah tangkap.

Pada Senin siang dijadwalkan sidang lanjutan kasus pembunuhan Yosafat dengan terdakwa Didit di PN Bekasi. Namun, karena majelis hakim berhalangan hadir, sidang ditunda pada Rabu (25/11).

Dalam sidang lanjutan itu, LBH Jakarta akan mendatangkan sejumlah saksi kejadian dan ahli forensik untuk menjelaskan kasus tersebut.

"Kami harapkan agar Didit bebas dari dakwaan karena memang tidak bersalah," ujar Johanes.

Kepala Subbagian Humas Polresta Bekasi Kota Ajun Komisaris Siswo menyatakan, polisi sudah melakukan penyidikan sesuai prosedur.

Untuk itu, polisi menyerahkan proses hukum kepada pengadilan karena kasus itu sudah masuk persidangan.

"Jika merasa tidak bersalah, kan, bisa mengajukan praperadilan karena di sini, kan, negara hukum," ucap Siswo.

----------

Artikel ini sebelumnya ditayangkan di Kompas Siang edisi Senin, 23 November 2015, dengan judul "Seorang Pemuda di Bekasi Diduga Jadi Korban Salah Tangkap".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Megapolitan
Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Megapolitan
Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com