Salah satu jenis ikan yang langka ditemukan nelayan Muara Angke adalah kerapu. (Baca: Melanie Subono: Mau Reklamasi, Pemerintah Harus Pikirkan Aspek Ekonomi)
"Awalnya berkurang sejak dimulainya reklamasi, sekarang malah sudah menjadi ikan langka," ujar M. Taher, perwakilan nelayan Muara Angke saat menggelar aksi penolakan reklamasi Teluk Jakarta, Rabu (2/12/2015).
Sebelum proyek reklamasi Pulau G berjalan, menurut Taher, ikan kerapu mudah ditemukan. Dalam satu hari, nelayan Muara Angke bisa menjual ikan kerapu dalam hitungan kuintal.
Taher yang mengaku sehari-hari berlayar di Teluk Jakarta ini menduga langkanya ikan-ikan tersebut dikarenakan kondisi air yang keruh akibat proyek reklamasi.
"Reklamasi yang dikerjakan dari siang sampai malam membuat air laut jadi keruh," ucap dia.
Senada dengan Taher, nelayan lain bernama Adi juga mengaku kesulitan mencari ikan. "Cari ikannya sekarang susah, ada reklamasi ini hasil tangkapan jadi menurun," sambung Adi.
Menurut Adi, sebelum proyek reklamasi dimulai, hasil tangkapannya bisa mencapai 20 kilogram per hari.
Namun, Adi kini tak lagi bisa menjaring ikan sebanyak itu. "Paling banyak sekarang bisa dapat 10 kilogram saja, tetapi itu juga jarang, biasanya cuma tujuh kilo-an," ujar Adi.
Jari ini, sejumlah warga yang mengaku nelayan Muara Angke melakukan aksi long march dari Lapangan Sepak Bola Muara Angke menuju sekitar Mall Green Bay. (Baca: Tolak Reklamasi Pulau G, Warga Muara Angke Gelar "Long March")
Aksi tersebut menolak reklamasi Pulau G yang tengah berjalan. Menurut warga, reklamasi itu akan mengurangi populasi ikan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.