Pengojek setempat mengaku kebijakan itu nantinya akan merugikan mereka.
Ketua ojek panggalan di pintu masuk JIEP dari Jalan Pemuda, Hamim (50), mengatakan, para pengojek setempat mengaku was-was dengan kebijakan tersebut. Hamim curiga nantinya sepeda motor yang masuk pun akan berbayar.
"Kalau sekarang kan baru mobil yang bayar, tapi saya dengar dari perusahaan di dalam, karyawannya yang bawa motor memang tiga bulan pertama gratis, tapi setelahnya bayar juga," kata Hamim kepada Kompas.com, di pintu masuk JIEP, Jakarta Timur, Selasa (5/1/2016).
Hamim tak yakin dengan niat JIEP bahwa warga sekitar dan juga sepeda motor akan dibuat gratis masuk kawasan.
Pihak JIEP sebelumnya menyatakan akan memberikan kartu gratis dan masih belum berencana mengenakan tarif bagi sepeda motor.
"Itu bahasa-bahasa halus. Ini yang bayar mobil dulu, nanti juga bayar," ujar Hamim.
Dia mengatakan, dengan dibuatnya gerbang berbayar ini saja telah merugikan para pengojek. Sebab, di pintu masuk JIEP dari Jalan Pemuda kini diterapkan jalan searah.
"Kita jadi kalau mau ambil penumpang enggak bisa balik mangkal ke sini. Baliknya ke tempat lain," ujar Hamim.
Selain itu, pendapatan para pengojek menurutnya juga menurun, karena dengan hanya jalur searah masuk yang ada, penumpang mereka kini hanya pengunjung masuk.
"Padahal dulu kita biasa dapat penumpang keluar juga," kata pria yang telah mengojek sejak 1992 di kawasan.
Sebelumnya, PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP) menerapkan sistem berbayar di sejumlah pintu masuk JIEP.
Buntut hal ini ratusan warga Kelurahan Jatinegara di Cakung melakukan aksi demo di sekitar KIP.
Sekretaris Perusahaan PT JIEP Asrul Waryanto menjelaskan bahwa penerapan sistem berbayar ini merupakan program lama yang sudah direncanakan oleh JIEP.
Tujuannya yakni karena kawasan JIEP selama ini terlalu bebas diakses sehingga kerap disalahgunakan.
"Antara lain karena itu, karena memang kawasan memjadi sangat terbuka," kata Asrul, terpisah.
Asrul mencontohkan, akibat akses yang terbuka itu, muncul parkir liar, warung remang. Misalnya di hutan kota di tengah JIEP, yang justru dimanfaatkan oleh pengemudi truk untuk parkir secara liar.
"Kita ingin yang tidak berkepentingan akan berpikir lagi untuk masuk," ujar Asrul.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.