"Ampunnn, Mas. Udah sepi sekarang. Pusing jadinya sekarang cari pelanggan," kata Soleh sembari menunjukkan cilok dagangannya kepada Kompas.com di Kalijodo, Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu (24/2/2016).
Pria asal Tegal tersebut bercerita, semenjak para pekerja seks komersial (PSK) Kalijodo menghilang, ia tak membawa banyak cilok. Ia mengaku hari ini hanya membawa sekitar 400 buah cilok.
"Kalau pas ada cewek-ceweknya mah bisa bawa 600 cilok lebih," ujar Soleh.
Cilok sebanyak itu biasa habis dalam waktu kurang dari 12 jam. Ia mulai berdagangan pukul 12.00 WIB dan pulang ke rumah sekitar pukul 18.00 WIB.
"Nah Kalijodo itu tempat terakhir mangkal saya sebelum pulang. Biasanya di sini bisa habis 200 cilok," kata Soleh.
Omzet yang ia raup saat Kalijodo masih ramai sebesar Rp 300.000. Dari junlah tersebut, ia bisa mendapat keuntungan sebanyak Rp 100.000.
Namun, semenjak PSK Kalijodo menghilang, omzetnya terus menurun. Ia juga harus memutar otak agar dapur tetap ngebul.
"Makanya sekarang ini saya di sini (Kalijodo) cuma bentar aja. Enggak lama. Setelah itu ke Kota Tua," kata Soleh.
Soleh berharap, jika nantinya Kalijodo benar dijadikan kawasan ruang terbuka hijau (RTH), lokasi tersebut ramai warga. Sehingga, ia bisa kembali berjualan di lokasi bekas prostitusi ini.
"Mau banget kalau emang ternyata ramai," ujar Soleh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.