Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhir Hidup Parman, Pengemis yang Saat Mati Pun Tak Punya Uang

Kompas.com - 24/02/2016, 21:27 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Di Jalan Teuku Cik Ditiro, Jakarta, Rabu (24/2/2016) pagi, pengendara yang melintas dari arah Pasar Rumput menemukan pemandangan tidak biasa.

Pemandangan tak biasa itu adalah adanya jenazah Parman yang ditempatkan di atas balai kayu, ditutupi seprai putih, dan beratapkan terpal.

Jenazah Parman yang merupakan seorang penganggur dan pengemis itu disemayamkan di sebidang tanah kosong, yang terletak di sebelah selatan rumah dinas petugas PT KAI.

Tempat jenazah Parman disemayamkan, jaraknya hanya beberapa meter dari Jalan Teuku Cik Ditiro.

Sementara itu, rekan-rekan almarhum menyapa para pengendara yang melintas sembari menyodorkan tangannya, meminta belas kasihan para pengendara untuk menyisihkan rezekinya demi Parman.

Tak sedikit pengendara yang melintasi jalan tersebut, terutama yang terjebak palang pintu kereta maupun lampu merah di persimpangan Jalan Teuku Cik Ditiro dengan Jalan Latuharhary, memberikan bantuannya.

Entin (48), teman Parman, menyebutkan, dari hasil mengemis yang dilakukan sejak malam tadi hingga tadi pagi jenazah dibawa ke tempat pemakaman, uang yang terkumpul sebanyak sekitar Rp 3 juta.

"Ya alhamdulillah, dapat dari semalam (sekitar) Rp 3 juta," kata Entin.

Uang tersebut seluruhnya digunakan untuk membiayai Parman, mulai dari pemandian hingga pemakaman.

Entin merinci, untuk memandikan jenazah Parman saja, biayanya sekitar Rp 800.000 dengan menggunakan jasa dari sebuah yayasan di Jakarta Timur.

Sedangkan untuk membiayai pemakaman Parman di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Menteng Pulo, Jakarta Selatan, dikenakan biaya sebesar Rp 800.000.

"Memakamkan orang kan tidak murah," terangnya.

Selain itu, untuk membayar sewa metromini yang mengangkut rekan-rekan almarhum menuju kuburan dan kembali lagi dikenakan biaya Rp 200.000.

Cerita hidup Parman

Perempuan asal Garut, Jawa Barat, itu menerangkan bahwa Parman berada di seputar Pasar Rumput sudah sejak tahun 1970-an.

Pada era itu, Parman yang saat itu masih muda sudah mulai memulung dan tidur di sembarang tempat.

Hingga usianya lanjut, Parman belum memiliki KTP, menurut Entin, sehingga umur pastinya masih misterius.

Alamat dan nama lengkapnya juga tidak diketahui. Hal itu juga yang menyulitkan rekan-rekannya mengusahakan bantuan untuk Parman.

Sehingga, selama sekarat pada dua bulan terakhir, Parman tidak memperoleh pengobatan yang memadai hingga akhirnya meninggal dunia.

Jenazah Parman akhirnya dimakamkan pagi ini di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Menteng Pulo, Tebet, Jakarta Selatan. (Nurmulia Rekso Purnomo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Megapolitan
Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Megapolitan
Polres Bogor Buat Aplikasi 'SKCK Goes To School' untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Polres Bogor Buat Aplikasi "SKCK Goes To School" untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Megapolitan
Depresi, Epy Kusnandar Tak Dihadirkan dalam Konferensi Pers Kasus Narkobanya

Depresi, Epy Kusnandar Tak Dihadirkan dalam Konferensi Pers Kasus Narkobanya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com