Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Tiga Langkah yang Disiapkan Lurah untuk Atasi Genangan di Pondok Bambu

Kompas.com - 27/05/2016, 21:13 WIB
David Oliver Purba

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Lurah Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Dody Taruna mengatakan telah memiliki tiga rencana untuk mengatasi genangan air yang saat ini menggenangi rumah warga di RW 07 RT 15 dan 16, Pondok Bambu, Jakarta Timur.

Dody menjelaskan, langkah pertama, pada pekan depan pihak kelurahan akan menggelar mediasi untuk mempertemukan warga RW 07 dengan pemilik lahan bernama Sianipar guna mencari solusi.

Rumah milik Sianipar yang telah berdiri sejak tiga tahun lalu diduga menyumbat saluran air tempat pembuangan air warga RW 07 jika terjadi banjir.

"Warga dan Pak Sianipar akan bicara sekaligus dibawa bukti kepemilikan, nanti kami di sini sama-sama duduk. Kalau misalnya itu bukan kali alam dan masih tanahnya beliau, gak mungkin saya paksa. Tapi kalau bukan, itu yang akan kami alih fungsi," ujar Dody kepada Kompas.com, Jumat (27/5/2016).

Langkah selanjutnya, kata Dody, ia akan minta bantuan Suku Dinas Tata Air Jakarta Timur untuk mengerahkan eskavator mini untuk mengeruk lumpur yang menyumbat  saluran air tersebut.

Lalu rencana ketiga, Dody mengatakan akan bersama Pemprov DKI membangun embung atau danau buatan untuk menampung air sehingga permukima warga tidak lagi tergenang.

Dody menyatakan bahwa rencana tersebut telah lama dibahas. Tapi hingga kini tak terealisasi karena terkendala harga lahan.

"Kendalanya itu waktu ditawarkan pembebasan harga appraisal di bawah harga NJOP. NJOP sekitar Rp 3 juta-an, jadinya menolak, akhirnya ditunda dan mungkin dilanjutkan tahun ini," ujar Dody.

Terkait keluhan warga yang menilai pihak kelurahan lambat dalam menyelesaikan genangan air, Dody berdalih bahwa selama sebulan dibantu PPSU, pihak kelurahan sudah berusaha menyurutkan genangan.

"Kami sudah sebulan kerja di sana. Langkah awal kami kerjanya gak di sana makanya warga gak tahu karena kami kerjanya di ujung saluran. Selain itu kendalanya juga tidak bisa ditangani di kelurahan karena tenaga di kelurahan terbatas," ujar Dody.

Air menggenani sejumlah rumah warga di lokasi itu sejak Januari 2016. Air nyaris tak surut bahkan pada satu kasus hampir sebulan tak surut. Sekali hujan, empang yang berada di sekitar lokasi meluap membuat genangan lama surut.

Got yang sebelumnya lancar, sekarang tersumbat sampah. Sebanyak 20-25 kepala keluarga terdampak oleh kondisi itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com