Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan "Teman Ahok" soal Pengakuan PJ Curang Dibayar Rp 500.000 untuk 140 KTP

Kompas.com - 22/06/2016, 17:14 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - "Teman Ahok" mengaku tersanjung disebut sebagai perusahaan ketimbang gerakan relawan. Juru bicara "Teman Ahok" Amalia Ayuningtyas menyebut gerakan mereka memang bukan gerakan relawan yang menghabiskan uang.

Menurut Amalia, dari awal mendirikan Teman Ahok, mereka sepakat untuk bersikap profesional dalam kerja mengumpulkan KTP dan mengelola keuangan. Teman Ahok memiliki pemasukan dari merchandise untuk operasional.

"Bagi teman-teman yang bergerak di lapangan, kami berusaha semampu mungkin untuk memberikan fasilitas. Kita harus mampu profesional sesuai dengan sosok Ahok yang kita usung, dan setiap orang wajib mempertanggungjawabkan fasilitas yang diberikan," tulis Amalia dalam keterangan resmi di website temanahok.com, Rabu (22/6/2016).

Amalia menjelaskan, booth Teman Ahok tugas utamanya menjual merchandise. Sementara Posko Partisipasi dibentuk dan dibiayai sendiri oleh warga. Jumlah pokso, kata dia, lebih banyak daripada booth.

Posko Teman Ahok dibentuk sendiri oleh Teman Ahok untuk menyasar wilayah yang padat penduduk dan golongan masyarakat menengah ke bawah. Posko ini dibentuk dan dibiayai oleh Teman Ahok. Sebab, untuk kalangan bawah, mereka tak punya biaya namun bersedia mengumpulkan KTP.

Posko ini dipinjamkan printer (untuk fotocopy KTP), HP untuk koordinasi dan juga dana operasional  mingguan. Dana operasional sebagai pengganti transportasi diberikan selama dia memenuhi target yang diberikan.  

"Pengganti ini wajar karena sebagai masyarakat bawah kami paham mereka harus bolak balik ke Pejaten dan untuk bergerak ke masyarakat," kata dia.

Target ini diberikan, agar pergerakan menjadi maksimal. Teman Ahok tidak bisa memberikan fasilitas bahkan dana operasional, jika mereka tak mampu mendapatkan target.

Akan tidak adil, kata Amalia, jika Posko santai-santai tidak ditarget, sementara relawan lain yang jualan merchandise berjibaku mencari uang untuk memberikan fasilitas kepada mereka.  

"Jika tidak tercapai target, bisa karena KTP di wilayah memang bukan basis Ahok dan wilayah tersebut sudah jenuh, maka kami akan memindahkan fasilitas ke wilayah lain yang masih bisa mengumpulkan KTP," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Megapolitan
Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com