JAKARTA, KOMPAS.com - Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) melakukan survei untuk mengukur elektabilitas tokoh-tokoh yang berencana ataupun digadang-gadang akan menjadi calon gubernur pada Pilkada DKI 2017. Survei dilakukan pada 24-29 Juni 2016 terhadap 646 responden yang dianalisis dari enam wilayah DKI Jakarta dengan metode wawancara.
Dalam survei tersebut, SMRC melakukan simulasi semi terbuka untuk melihat elektabilitas 22 tokoh. Bakal calon petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memiliki elektabilitas tertinggi dengan 53,4 persen.
Kemudian, di urutan kedua hingga kelima berturut-turut terdapat Yusril Ihza Mahendra dengan elektabilitas 10,4 persen, Tri Rismaharini 5,7 persen, Sandiaga Uno 5,1 persen, dan Yusuf Mansur 4,6 persen. Sementara tokoh-tokoh lainnya memiliki elektabilitas di bawah 3 persen.
Dalam surveinya, SMRC juga melihat alasan responden akan memilih tokoh tersebut pada Pilkada DKI 2017. Sebanyak 38 persen responden menyatakan alasan utamanya karena sudah ada bukti nyata dari hasil kerja tokoh yang dipilihnya.
Dari persentase tersebut, 57,4 persen merupakan pemilih Ahok dan 45,4 persen pemilih Risma. Sementara pemilih Yusril sebesar 6,7 persen dan Sandiaga 3 persen.
Kemudian, 15 persen responden menyatakan memilih calon gubernur karena tokoh tersebut tegas atau berwibawa. Sebanyak 19,5 persen dari persentase tersebut adalah pendukung Ahok dan 10,7 persen pendukung Sandiaga.
Sementara pendukung Risma berjumlah 6,6 persen dan Yusril 4,5 persen. Pada urutan ketiga, pengalaman tokoh di pemerintahan menjadi alasan utama responden memilih calon gubernur dengn persentase 8,4 persen.
Lalu, 6 persen menyebut alasannya karena tokoh yang dipilih perhatian pada rakyat, 5,5 persen karena jujur dan bersih dari korupsi, 5,4 persen menyatakan alasan karena tokoh agama, dan 5,3 persen karena belum mengetahui nama calon gubernur yang lain.
Hanya 5 persen responden yang menggunakan alasan-alasan seperti pendidikan, agama, sopan santun, dan lainnya dalam memilih cagub pada Pilkada DKI 2017.