KOMPAS.com – Pesta “17 Agustusan” lekat dengan lomba balap karung atau tarik tambang anak sekolah. Namun, siapa sangka suasana meriah yang sama dapat tercipta pula di tengah suasana formal perkantoran?
Semarak 17-an tahun ini dapat dinikmati pula oleh segenap pekerja di gedung The Energy , kawasan Sudirman, Jakarta, pada Selasa (16/8/2016). Rutinitas formal perkantoran seakan redam dan diramaikan oleh lantunan lagu-lagu perjuangan yang mengiringi langkah mereka sedari pagi.
"Ini pengalaman pertama saya nyanyi di gedung perkantoran. Acaranya unik sekali," ujar Andi /rif, salah satu pengisi acara bertajuk "Potret Perjuangan-Sinergi Membangun Negeri" itu.
Suara bernada tinggi khas milik Andi sukses merebut perhatian para pekerja dan pengunjung yang lalu lalang di sekitar panggung. Dia berhasil “menghipnotis” penonton dengan lanjut melantunkan tembang “Juwita Malam” dan single The Beatles “Come Together”.
Acara seni ini diselenggarakan oleh Medco Energi untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-71. Selain Andi, Dira Sugandi, Acha Septriasa, dan Paduan Suara Alumni Institut Teknologi Bandung turut serta menyumbangkan suara merdu mereka.
“Pertama kali diberi tahu, saya sempat terkejut karena lokasinya di perkantoran. Tapi, saya senang. Ini artinya, musik bisa dimainkan di mana pun, didengar oleh siapa pun, dan tidak melulu harus di gedung pertunjukkan,” ujar Andi.
Menutup penampilannya, Andi mengundang Kikan Namara mendendangkan “Gebyar-Gebyar” bersama. Mendadak ruangan dipenuhi pijaran kemerdekaan yang terpancar dari keikutsertaan penonton menyanyikan lagu karangan Gombloh itu.
Pelantun lagu “Bendera” ini melanjutkan bahwa pertunjukkan tersebut menjadi unik karena dilakukan dalam gedung perkantoran. Terlebih lagi, acara tidak hanya menggelar pertunjukkan musik saja, tetapi juga memamerkan lukisan dan foto karya seniman Indonesia.
Rata-rata lukisan dan foto yang ditampilkan mengisahkan sejarah Tanah Air serta lekat dengan cerita kemerdekaan Indonesia. Beberapa di antaranya adalah 'Pangeran Diponegoro' karya Dede Supria, 'Asap Kemerdekaan' buatan S. Soedjono, dan 'Wanita Merah Putih' karya Suprobo.
"Hari ini terlihat bahwa orang ternyata rindu menyanyikan lagu nasional dan perjuangan. Tadi semua orang ikut bernyanyi, jadi kelihatan bahwa lagu-lagu ini masih bisa menggugah hati kita, sebagai orang Indonesia," ucap Kikan.
Berbagi semangat
Di balik kemeriahan pesta kemerdekaan ini terdapat pesan lebih besar yang sebenarnya ingin disampaikan lewat penyelenggaraan acara. Niatan untuk berbagi semangat nasionalisme dan ajakan untuk mengisi kemerdekaan terselip di dalamnya.
"Selama ini kan kita terlalu terpaku dalam kesibukan pekerjaan, di sinilah kami ingin mengingatkan dan menumbuhkan kembali jiwa nasionalisme," ucap Meidi Lazuardi, Direktrur Utama PT Api Metra Graha (The Energy).
Meidi melanjutkan bahwa acara seperti ini bukan baru satu atau dua kali dilakukan. Sebelumnya, 17 Agustus kerap dirayakan lewat acara Konser Kemerdekaan di Soehanna Hall. (Baca Juga: Tak Terkatakan... Menjadi Saksi Simfoni Tuts Fazioli di Sini...)