DEPOK, KOMPAS.com - Seorang bapak berdiri menyambut kedatangan Kompas.com di rumah baca Panter. Sore itu, dia mengenakan kaus berkerah garis-garis, celana bahan, dan topi.
Bapak tersebut ternyata merupakan ketua komunitas Paguyuban Terminal (Panter) sekaligus pemrakarsa rumah baca. Keinginan untuk membantu anak-anak kurang mampu mendapat pendidikan sudah dimilikinya sejak remaja.
"Dulu, saya ingin sekolah tetapi orangtua tidak mampu untuk membiayai. Sementara itu, tetangga saya adalah orang-orang kaya, tetapi tidak ada yang berkeinginan membantu. Saya tidak ingin seperti mereka," ujar Agus Kurnia, kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.
Agus muda pun bercita-cita ingin dapat membantu anak jalanan agar tidak memiliki nasib seperti dirinya. Maka, ketika terdapat kesempatan untuk membangun tempat pembinaan untuk anak telantar bersama anggota komunitas Panter, dia segera berusaha mewujudkan mimpinya.
Sebagai langkah untuk menarik anak-anak jalanan bersedia dibina, Agus menjanjikan akan menyekolahkan mereka di sekolah formal. Akhirnya, dia bersama komunitas juga membangun sekolah gratis sebagai bentuk pemenuhan janji.
Kasih sayang
Agus tidak hanya menjadi pendiri dan pengurus rumah baca, dia juga memperlakukan anak-anak binaan seperti buah hatinya sendiri.
"Anak-anak menganggap saya seperti ayah angkat. Mereka memanggil saya Abah," ucap Agus.
Agus selalu memberi arahan kepada anak-anak agar memiliki sopan santun. Ketika mereka masih sering datang untuk membaca setelah rumah baca digusur pun dia tetap memberi arahan mengenai etika.
"Saya ingin stigma sosial tentang premanisme anak-anak jalanan hilang," kata Agus.
Selain itu, ada tiga murid binaan yang juga dijadikan anak angkat oleh Agus. Ketiga anak tersebut merupakan yatim piatu yang ditemukan Agus ketika masih bayi. Anak-anak angkat tersebut pun tinggal di rumah Agus.
Tak berhenti di situ, kesuksesan anak-anak binaan juga selalu diupayakan oleh Agus. Salah satunya ditunjukkan dengan memasukkan empat anak binaan yang ingin menjadi ustaz ke sebuah pesantren di Karawang. Mereka dapat bersekolah di sana secara gratis.
Dia juga merasa bahagia ketika melihat anak-anak jalanan sudah berperilaku santun saat bergaul atau bekerja.
Karena itu, Agus sangat berharap rumah baca dapat berdiri lagi sehingga bisa menampung anak telantar lainnya, yang belum pernah mendapat pendidikan. Dukungan dan bantuan pemerintah pun sangat dia nantikan.