JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meninjau pemasangan box girder terakhir simpang susun Semanggi, Rabu (25/4/2017) dini hari. Pada kesempatan itu, Budi menyampaikan keyakinannya bahwa simpang susun ini bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen.
"Ya kemacetan pasti akan berkurang. Memang banyak variabel yang jadi pengukurnya, tapi paling tidak 30 persen akan mengurangi kemacetan," kata Budi di Semanggi, Jakarta Selatan, Rabu.
Budi beranggapan, selain mengatasi kemacetan, simpang susun Semanggi sekaligus menjadi ikon Jakarta yang patut dibanggakan.
"Di sini bisa mengurangi kemacetan dan monumen atau ikon Jakarta bertambah cantik," kata Budi.
Baca juga: Tepat Pukul 00.00, Simpang Susun Semanggi 100 Persen Tersambung
Sementara itu Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Yusmada Faizal, mengatakan meski lingkar Semanggi yang ada saat ini menjadi pusat kemacetan karena adanya konflik arus lalu lintas, jalan layang yang sedang dibangun bisa mengurangi salah satu arusnya.
"Nanti akan berkurang karena simpang ini nanti akan digunakan untuk berputar balik saja, nggak ada lagi nanti saling silang," kata Yusmada.
Jembatan Semanggi yang dibangun tahun 1961 dalam menyambut Asian Games 1962, belakangan justru membuat kemacetan. Di sekitar Jembatan Semanggi terdapat dua titik konflik arus. Konflik terjadi ketika dua atau lebih arus lalu lintas saling berpotongan.
Baca juga: Terinspirasi Proyek Simpang Susun, DKI Kembangkan Batik Motif Semanggi
Konflik arus kedua terjadi di depan Plaza Semanggi. Arus kendaraan yang datang dari arah Gatot Subroto menuju Plaza Semanggi berkonflik dengan arus kendaraan dari arah Jenderal Sudirman yang menuju Gatot Subroto.
Pada jam sibuk, seperti di sore hari, titik konflik itu menjadi biang kemacetan. Titik kemacetan di Jalan Jenderal Gatot Subroto itu kadang mengular hingga Slipi.
Selain itu, pertemuan antara pengguna jalan dari Jalan Gatot Subroto dan dari Jalan Sudirman di kolong jembatan Jalan Jenderal Sudirman sering membuat lalu lintas tersendat.