Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Santri Makam Mbah Priok yang Berdamai dengan Pemprov karena Ahok

Kompas.com - 03/05/2017, 12:03 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - "Kita ada di lahan emas, yang namanya orang berusaha merebut pasti selalu ada," kata Wahyu di Tanjung Priok, Selasa (2/5/2017).

Wahyu, yang kini menjabat sebagai Ketua Yayasan Makam Mbah Priok siang itu bercerita kepada Kompas.com soal sejarah berdirinya Makam Mbah Priok dan wacana menjadikannya destinasi wisata religi berstandar internasional.

Ia menunjukkan sodetan pada telapak tangan kirinya yang menjadi bagian penting dari cerita itu.

"Tahun 2010 itu kami ada 60 orang mati-matian mempertahankan, digempur habis sama Brimob," katanya.

Wahyu merujuk pada peristiwa 14 April 2010 ketika bentrokan pecah antara Satpol PP dengan warga dan santri.

Selama bertahun-tahun lamanya, lahan seluas 3,4 hektar yang terletak di sebelah Jakarta International Container Terminal (JICT), menjadi rebutan antara PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II dan ahli waris Habib Al Haddad.

Baca: Masjid Apung hingga Rumah Pemotongan Hewan akan Dibangun di Makam Mbah Priok

April 2010 itu, menjadi akbar perebutan lahan. Beberapa tahun sebelumnya juga upaya penertiban berlangsung namun selalu gagal karena santri dan warga selalu mati-matian mempertahankan.

Bentuk intimidasi, menurut Wahyu, datang dalam berbagai bentuk mulai dari upaya pengusiran, ancaman preman, hingga fitnah-fitnah soal makam.

Warga makam selalu bermusuhan dengan pemerintah mulai dari Pemprov, pelabuhan, dan polisi.

KOMPAS.com/NIBRAS NADA NAILUFAR Nisan Mbah Priok dan keluarganya.
Namun itu semua berbalik pada awal tahun ini, ketika Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengeluarkan SK penetapan Makam Mbah Priok agar dijaga dan diperlakukan seperti cagar budaya.

"Sekarang gandeng Pemprov, biar Gubernurnya beda imannya sama kita, tapi dia baik sama rakyat, cinta sama habib, dan peduli," kata Wahyu.

Baca: Ahok Terima Kedatangan Habib Sting di Rumahnya

Selama 26 hidupnya berguru pada Habib Sting, ahli waris Mbah Priok, Wahyu selalu diajarkan untuk tidak membeda-bedakan apalagi sampai membenci mereka yang berbeda keyakinannya.

Wahyu melihat junjungannya, Habib Sting, memiliki banyak teman yang bergama Kristen dan datang dari luar negeri. Semua orang diterima dan dirangkul.

Halaman:


Terkini Lainnya

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com