JAKARTA, KOMPAS.com - Menyambut Hari Tanpa Tembakau Sedunia pada 31 Mei, Komnas Pengendalian Tembakau menggandeng Yayasan Jantung Indonesia dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia menggelar kampanye di car free day (CFD), Minggu (21/5/2017).
Pagi ini, puluhan warga di CFD mengikuti senam kesehatan, dan konsultasi kesehatan dengan para dokter.
Warga yang ingin memeriksakan kesehatannya terus mengantre. Ada dokter jantung yang memeriksa tekanan dan gula darah, ada pula dokter paru yang memeriksakan kadar CO dalam paru.
Ada pula dokter khusus yang memberikan konsultasi bagi para perokok yang ingin berhenti merokok.
(Baca: Kemenkes Tak Anjurkan "Vaping" sebagai Pengganti Rokok)
Salah satunya adalah Surya Darma (67). Surya mengatakan sebelum berhenti merokok sejak dua tahun lalu, dirinya adalah perokok berat.
Ia merokok sejak SD dengan rata-rata menghabiskan tiga bungkus rokok setiap harinya.
"Tadi cek kesehatan, gula saya memang tinggi, tapi untuk paru-paru normal," kata Surya ditemui di Dukuh Atas, Minggu.
Surya mengatakan ia berhenti merokok karena dorongan keluarga. Sejak berhenti, Surya merasa napasnya lebih lega dan lebih lincah.
Ia kini berolahraga minimal dua jam setiap harinya. "Jauh lebih enak sejak berhenti merokok, saran saya buat yang masih merokok, stop deh, jauh lebih nikmat olahraga," katanya.
Rokok ancaman pembangunan
Ketua Umum Komnas Pengendalian Tembakau dr. Prijo Sidipratomo mengatakan tema "Rokok Ancam Pembangunan" diangkat lantaran rokok merupakan masalah sosial yang merugikan semua orang.
"Merokok bukan hanya masalah individu perokok, tapi sudah menjadi bagian dari masalah kesehatan masyarakat, epidemiologi, dan masalah bagi orang sekitarnya," kata Prijo.
Dalam kampanye ini, disampaikan juga berbagai masalah kesehatan yang mengancam para perokok.
Penyakit berat yang harus dihadapi para perokok aktif dan pasif antara lain gangguan jantung, kanker paru-paru, hingga stroke.