Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Sosial: Tawuran Bisa Dipicu oleh Perilaku Elite Politik

Kompas.com - 22/05/2017, 12:22 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus tawuran antar pemuda marak di Jakarta Timur dalam beberapa pekan terakhir. Yang terbaru terjadi di Jalan Dewi Sartika, Kampung Makasar, Cawang pada Minggu (21/5/2017) dini hari.

Peristiwa ini mengakibatkan tewasnya seseorang berinisial F (20) dan seorang lainnya yang mengalami luka-luka.

Pekan lalu, kejadian serupa juga terjadi di depan Pusat Grosir Cililitan (PGC), Kramat Jati. Tawuran tersebut melibatkan anggota geng motor bersenjata tajam dengan warga.

Pada peristiwa ini, polisi bahkan sampai sempat menembakan gas air mata untuk membubarkan massa.

Pengamat sosial dari Universitas Nasional, Nia Elvina menilai maraknya kasus tawuran di Jakarta Timur merupakan bagian dari maraknya kasus tawuran di Jakarta secara keseluruhan.

Ia memandang akar permasalahan dari marak terjadinya tawuran terletak pada mulai terlepasnya nilai-nilai Pancasila dari kehidupan bermasyarakat, bahkan dimulai dari tingkat elite.

"Masyarakat kita ini masih kental dengan sistem patron-klien. Jadi perilaku elite Itu menjadi panutan dan diimitasi oleh masyarakat luas," kata Nia kepada Kompas.com, Senin (22/5/2017).

Menurut Nia, sikap elite politik yang belakangan ini dinilainya mulai sering mengedepankan tindakan koersif, seperti saling lapor melapor ataupun aksi gebrak meja saat sidang di parlemen turut berpengaruh ke maraknya aksi tawuran.

"Kekerasan walaupun dalam bentuk paling soft, maka pada level masyarakat luas, diadopsi menjadi perilaku tawuran atau kekerasan yang lain," ucap Nia.

Karena itu, Nia menilai sudah seharusnya nilai-nilai Pancasila yang mengedepankan nilai kemanusiaan dan musyawarah digalakkan kembali, dimulai dari tingkat elite.

Ia meyakini langkah ini secara tidak langsung turut berperan dalam mencegah dan menimimalisir aksi-aksi kekerasa, seperti tawuran di masyarakat.

"Sistem politik kita harus dikembalikan kepada ruhnya. Ideologi yang diusung adalah Pancasila atau demokrasi Pancasila. Bukan seperti saat ini saya melihatnya justru demokrasi liberal yang kita kembangkan."

"Sistem pendidikan juga harus disandarkan pada ideologi Pancasila. Science atau sosial harus dikembangkan dengan basis itu. Bukan seperti sekarang Ini ideologi sistem pendidikan kita kulakan," papar Nia.

Maraknya kasus tawuran di Jakarta Timur sampai harus membuat kepolisian membentuk Satuan Gerak Cepat yang khusus menangani tawuran. Sejak dua minggu lalu, sekitar 45 personel Satuan Gerak Cepat ini bersiaga 24 jam. Mereka berpatroli mencegah terjadinya tawuran.

Baca: Remaja Janjian Tawuran lewat Media Sosial

Andry berencana menambah jumlah personel satuan ini. Selain itu, mereka juga mulai mengidentifikasi aksi liar geng motor dan kelompok tawuran di Jakarta Timur. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi tawuran menjelang Ramadhan.

Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Andry Wibowo mengibaratkan satuan ini bekerja seperti pemadam kebakaran.

"Tugas mereka setiap ada indikasi atau terdeteksi tawuran, kita akan gerakkan tim itu seperti pemadam kebakaran. Untuk memadamkan awal sambil menunggu eskalasi di lapangan" kata Andry.

Baca: Kapolres: Mereka Sudah Salam-salaman, tetapi Masih Terjadi Tawuran

Kompas TV Lagi, Tawuran Antarwarga Terjadi di Cawang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Megapolitan
Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Megapolitan
Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Megapolitan
Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Megapolitan
Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Megapolitan
Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Megapolitan
Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Megapolitan
Polisi Masih Buru Pemasok Narkoba ke Rio Reifan

Polisi Masih Buru Pemasok Narkoba ke Rio Reifan

Megapolitan
Dishub DKI Jakarta Janji Tindak Juru Parkir Liar di Minimarket

Dishub DKI Jakarta Janji Tindak Juru Parkir Liar di Minimarket

Megapolitan
Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper, Korban Diduga Tak Tahu Pelaku Memiliki Istri

Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper, Korban Diduga Tak Tahu Pelaku Memiliki Istri

Megapolitan
Tangkap Aktor Rio Reifan, Polisi Sita 1,17 Gram Sabu dan 12 Butir Psikotropika

Tangkap Aktor Rio Reifan, Polisi Sita 1,17 Gram Sabu dan 12 Butir Psikotropika

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com