Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Momentum Perbaikan Layanan Angkutan Umum Melalui Angkot Ber-AC

Kompas.com - 04/07/2017, 09:05 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan mendorong agar Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 29 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek segera diterapkan.

Salah satu poin yang ditekankan dalam aturan tentang standar pelayanan minimal itu adalah disediakannya fasilitas AC di setiap angkutan perkotaan (angkot).

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menargetkan semua angkot harus sudah berfasilitas AC pada Februari 2018. Artinya, tinggal tujuh bulan lagi waktu tersedia untuk merealisasikan hal tersebut.

Sebenarnya sudah ada contoh satu angkot berfasilitas AC yang beroperasi di Bekasi, Jawa Barat. Angkot berfasilitas AC itu diresmikan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Pudji Hartanto pada Mei 2017.

Angkot berfasilitas AC mirip dengan angkot yang ada sekarang. Hanya saja, ada beberapa perbedaan selain AC, yakni pintu yang bisa tertutup rapat.

Selain itu, terpasang juga tirai tipis di bagian dalam tiap jendela angkot agar penumpang terlindung dari sinar matahari langsung yang menyorot melalui jendela tersebut.

Meski sudah ada contohnya, Ketua DPD Organda DKI Jakarta Shafruhan Sinungan memandang banyak hal yang harus disiapkan untuk mewujudkan angkot berfasilitas AC di Jakarta.

Mulai dari hal sederhana seperti pintu lipat yang dianggap kurang cocok hingga rekanan dengan karoseri disarankan ganti dengan buatan APM (agen pemegang merek).

"Ini momentum untuk perbaikan secara besar-besaran. Jadi, bukan cuma angkotnya nanti yang ber-AC, tapi semua aspek memenuhi standar pelayanan minimum," kata Shafruhan, kepada Kompas.com, Senin (3/7/2017) malam.

Salah satu poin perbaikan adalah mengkaji ulang rute trayek-trayek angkutan umum yang ada sekarang. Hal itu perlu dilakukan agar angkot bisa lebih dekat ke permukiman, dengan harapan warga di sana bisa beralih menggunakan angkot yang sudah berfasilitas AC dan meninggalkan kendaraan pribadi.

"Kalau trayek sudah diubah, angkot ber-AC bisa jadi feeder moda angkutan massal. Jika pemda dan pemerintah pusat dapat memberi subsidi untuk pengguna angkutan umum, maka dapat menarik minat masyarakat karena tarif yang murah," tutur Shafruhan.

Aspek perbaikan lainnya adalah mendidik serta melatih sopir angkot agar lebih baik lagi dalam bekerja. Untuk mendidik para sopir, Shafruhan menilai bisa bekerja sama dengan perusahaan jasa transportasi berbasis aplikasi menggunakan program corporate social responsibility ( CSR).

(baca: Organda Usul Dana CSR Angkot Ber-AC Dipakai untuk Pendidikan Sopir)

Pada akhirnya, semua pihak, baik pengusaha angkutan konvensional maupun yang berbasis aplikasi, diharap dapat bekerja sama mendorong warga meninggalkan kendaraan pribadi dan beralih ke kendaraan umum.

Dirjen Perhubungan Darat Pudji juga pernah menekankan, perbedaan antara angkutan konvensional dan berbasis aplikasi sudah digantikan dengan kolaborasi menciptakan layanan angkutan yang nyaman dan aman.

Terlebih, Kementerian Perhubungan juga sudah mengatur tarif untuk jasa transportasi berbasis aplikasi, dengan ketentuan tarif batas bawah dan batas atas yang jelas.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com