JAKARTA, KOMPAS.com - Jalan layan non tol Kampung Melayu-Tanah Abang atau JLNT Casablanca dijaga kepolisian untuk menindak pengendara sepeda motor yang menerobos JLNT tersebut.
Banyak pengendara sepeda motor yang melintas di JLNT Casablanca, padahal jalan layang itu khusus untuk kendaraan roda empat atau lebih. Namun, kondisi serupa tidak terjadi di JLNT Pangeran Antasari. Mengapa?
"Kalau di Antasari memang pertama soal perkantoran enggak ada lah, seperti Casablanca. Kedua, memang jarak tempuh Antasari enggak panjang kayak Casablanca," ujar Kasat Lantas Polres Metro Jakarta Selatan, AKBP Edi Surasa kepada Kompas.com, Kamis (27/7/2017).
Edi mengatakan, di sekitar JLNT Casablanca ada tiga lokasi pusat perekonomian, Jalan Sudirman, Jalan Rasuna Said (Kuningan), dan Casablanca, sehingga akan dilintasi lebih banyak kendaraan.
Arus lalu lintas yang padat disebut Edi menimbulkan kemacetan dan memicu pengendara motor memilih "jalan pintas" melintasi JLNT Casablanca meski dilarang.
Panjang kedua JLNT tersebut hampir sama, sekitar 4 kilometer.
Namun di sekitar JLNT Antasari tidak banyak mal, perkantoran, maupun tempat usaha. Jalan Pangeran Antasari maupun jalan layangnya hanya padat ketika pagi dan sore hari dilintasi warga dari selatan Jakarta, Depok, dan Ciputat.
(baca: JLNT Casablanca, Pengentas Kemacetan yang Tak Diminati Pengendara)
Jalan Antasari juga menjadi alternatif bagi pengendara yang menghindari kepadatan lalu lintas di Jalan Fatmawati dan Jalan Metro Pondok Indah karena sedang ada pembangunan sejumlah proyek.
Pengamat transportasi dari Universitas Indonesia, Ellen Tangkudung, mengatakan sayangnya, kawasan Casablanca tidak bisa dibuat seperti Antasari.
"Casablanca itu barat-timur, ini tidak seperti Antasari selatan ke utara pagi hari dan sorenya sebaliknya, jadi sistem satu arah bisa dilakukan. Kalau Casablanca saya lihat agak sulit, jadi sampai saat ini belum lihat bisa dilakukan rekayasa lalu lintas," ujar Ellen.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.