Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kronologi Penggagalan Penyelundupan Ratusan Kg Ganja di Gatot Subroto

Kompas.com - 01/10/2017, 15:31 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya menggagalkan penyelundupan ganja sebesar 200 kilogram lebih.

Pengungkapan kasus ini berawal dari penindakan aturan plat ganjil genap di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (25/9/2017) malam.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, awalnya satu mobil pick up diberhentikan karena melanggar aturan ganjil genap.

Plat nomor mobil pick up itu adalah nomor genap. Sementara yang boleh melintas saat itu adalah nomor ganjil.

"Diberhentikan anggota Lantas. Yang uniknya, anggota Lantas ini bisa mencium bau, jeruk busuk. Kenapa kok bawa jeruk busuk," kata Argo dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya, Minggu (1/10/2017).

Saat diperiksa, ternyata di balik tumpukan jeruk yang sudah busuk itu ada puluhan bungkusan berwarna coklat yang belakangan diketahui ganja.

Berat ganja total 252,5 kilogram untuk berat brutonya

Paket ganja itu dibungkus dalam kemasan-kemasan kecil yang dilapisi plastik kemudian ditumpuk dengan jeruk-jeruk busuk.

Ada sekitar 20 keranjang berisi paket ganja dan jeruk busuk tersebut.

"Saat mengemudikan kendaraan, di belakang pick up, ada mobil Xenia menguntit terus atau mengawal. Saat anggota Lantas atau orang di depan memeriksa jeruk ada ganjanya, yang lainnya ke mobil Xenia juga. Saat yang mengendarai itu mau dibawa ke Polda, orang di mobil Xenia lari," tutur Argo.

Sang sopir mobil pick up, Agus, mengaku hanya dimintai orang yang dia temui di Pasar Induk Tanah Tinggi, Kota Tangerang.

Orang tersebut meminta Agus dan rekannya untuk menyewa mobil pick up sekaligus sopir untuk mengantar puluhan keranjang jeruk tersebut ke daerah Karawang, Jawa Barat.

Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya telah menangkap satu tersangka berinisial AEL yang sempat berada di mobil Xenia.

AEL diamankan tiga hari setelahnya di daerah Karawang.

Saat diperiksa, AEL mengaku sempat ke tempat "orang pintar" di daerah Karawang. Ia meminta agar tidak tertangkap polisi.

"Tersangka ini mengaku ke kepolisian ada ke tempat orang pintar di daerah Karawang, umurnya 80 tahun. Dia berupaya ke tempat orang pintar ini supaya tidak ditangkap polisi. Dia juga kepengin kalau mereka ketemu polisi, bisa dilepaskan karena kasihan," kata Argo.

Saat ini, polisi masih memburu dua orang lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com