Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IDI Kecam Persekusi LSM KPK terhadap Petugas RS Arya Medika

Kompas.com - 17/10/2017, 08:51 WIB
Sherly Puspita

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) turut menanggapi persekusi terhadap petugas Rumah Sakit Arya Medika Tangerang oleh sejumlah orang yang mengaku sebagai anggota lembaga swadaya masyarakat Komunitas Pengawas Korupsi (KPK) pada Selasa (10/10/2017). Sekretaris Jenderal Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi mengecam persekusi tersebut.

Dia menjelaskan, prosedur penanganan medis yang dilakukan petugas RS Arya Medika terhadap seorang pasien sudah benar.

Adib mengatakan, pada saat itu ada seorang pasien dalam kondisi kritis dirujuk dari RS Hermina Bitung menuju rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.

Di tengah jalan, pasien tersebut tidak sadarkan diri. Karena panik, keluarga segera membawa pasien ke rumah sakit terdekat saat itu, yakni RS Arya Medika.

Setelah tiba di RS Arya Medika, petugas menjelaskan bahwa alat kesehatan di rumah sakit itu tidak lengkap, sehingga keluarga disarankan membawa pasien ke RS Sari Asih.

Menurut Adib, keluarga pasien sepakat dan segera membawa pasien ke rumah sakit tujuan.

Tiba-tiba saja seorang lelaki tidak dikenal yang mengaku dari LSM KPK menawarkan diri untuk mengantar keluarga membawa pasien ke rumah sakit tujuan. Di dalam perjalanan, pasien itu meninggal dunia.

"Tanpa konfirmasi bagaimana kondisi sebenarnya, anggota LSM itu mengajak teman-temannya menyambangi rumah sakit dan mengeroyok petugas rumah sakit, ini kan melanggar hukum," ujar Adib saat dihibungi, Senin (16/10/2017).

(baca: Keluarga Pasien Pastikan Tak Mengenal Anggota LSM KPK)

Menurut video yang beredar, anggota LSM membentak petugas dan menggebrak meja petugas di rumah sakit tersebut. Petugas keamanan pun terlihat kuwalahan meminta para anggota LSM berhenti membuat keributan.

Akan diproses hukum

Adib mengatakan, pihaknya akan membuat laporan polisi terkait kasus ini.

"Kami akan proses secara hukum soal kasus persekusi terhadap teman-teman kesehatan kami. Kami akan buat LP, tapi ternyata polisi kan juga proaktif juga kan," ujarnya.

Menurut Adib, ada dua hal yang menjadi sorotan dalam kasus ini. Pertama adalah tindakan persekusi yang dilakukan LSM KPK terhadap pihak rumah sakit dan yang kedua adalah penggunaan logo LSM yang menyerupai logo institusi negara.

Logo LSM KPK memang menyerupai logo KPK RI (Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia). Bentuk huruf yang digunakan LSM tersebut sangat mirip dengan logo KPK RI.

"Apalagi LSM ini bertindak tidak sesuai dengan namanya sebagai pengawas tindak korupsi," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran Mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran Mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut di Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut di Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi di Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com