JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengaku didatangi komunitas pelari yang mengikuti Jakarta Marathon 2017. Kepada Sandi, mereka melapor penyelenggaraan Jakarta Marathon 2017 paling buruk selama lima tahun terakhir.
"Jakarta Marathon komunitasnya datang, memberikan evaluasi yang menyatakan bahwa ini Jakarta Marathon terburuk selama lima tahun terakhir," ujar Sandi di Monas, Jakarta Pusat, Jumat (3/11/2017).
Kepada Sandi, komunitas pelari itu melapor peserta dari mancanegara menemukan rute yang tidak steril di nomor lari 42k sehingga hampir terserempet kendaraan. Ada pula peserta Jakarta Marathon yang tertabrak mobil Fortuner hingga videonya viral.
"Ada pelari dari Tokyo terkejar transjakarta. Mereka minta evaluasi secara menyeluruh," kata Sandi.
Sandi mengaku akan memanggil event organizer (EO) Jakarta Marathon 2017, yakni Inspiro, untuk mengevaluasi sejumlah hal.
Baca juga : Catatan dari Jakarta Marathon 2017
Beberapa di antaranya yakni evaluasi rute, pelibatan komunitas, hingga keselamatan peserta Jakarta Marathon agar penyelenggaraannya lebih baik pada tahun depan.
"Jadi (komunitas) datang itu saya pikir mau terima kasih karena saya ikut, ternyata mereka emosi sekali. Dia pikir penyelenggaranya kami. Jakarta Marathon bukan punya Pemprov, tapi dilakukan beberapa pihak," ucap Sandi.
Dia mengakui pelibatan Pemprov DKI Jakarta masih minim dalam Jakarta Marathon 2017. Dia ingin Pemprov DKI terlibat lebih banyak dalam penyelenggaraan tahun-tahun selanjutnya. Sebab, Jakarta Marathon tidak bisa dipisahkan dari Jakarta.
"Kita butuh seperti Boston dan New York yang melibatkan komunitas, harus lebih baik ke depan. Aspek kebersihan, keselamatan pelari, plester segala macam harus tersedia," kata Sandi.
Baca juga : Catatan Evaluasi Jakarta Marathon 2017 dari Sandiaga
Tak sedikit peserta yang mengeluhkan penyelenggaraan Jakarta Marathon tahun ini. Nurmulia Rekso Purnomo, salah satu peserta yang mengikuti kategori Full Marathon (42,195 Km), mengatakan, banyak jalur yang tidak steril dari kendaraan bermotor.
Salah satunya di Jalan Juanda, kemudian di Jalan Rasuna Said arah ke Jalan Gatot Subroto.
"Arah baliknya lebih parah lagi, pelari sampai harus minggir ke trotoar," kata Rekso kepada Kompas.com.
Tak hanya tidak steril dari kendaraan bermotor, di kawasan Bundaran HI pun banyak warga yang masuk jalur lomba. Saat perlombaan berlangsung, area Car Free Day (DFD) di kawasan Sudirman-Thamrin harusnya juga steril. Akhirnya, peserta berbaur dengan warga hingga pesepeda di jalur Car Free Day.
Keluhan lainnya, yaitu soal jadwal start yang lebih cepat dari seharusnya. Rekso juga menyayangkan hal ini, apalagi saat itu masih banyak peserta yang antre untuk menitipkan tas hingga antre toilet.
"Kasihan yang ikut FM (Full Marathon), cuma punya waktu 30 menit untuk antre drop bag, shalat, terus pemanasan. Eh ternyata start dicepetin sekitar 8 menit. Kacau deh," kata Rekso.