JAKARTA, KOMPAS.com - Wajah Aris, warga Sunter Jaya, nampak lelah. Sesekali pria tersebut berjalan hilir mudik di lorong Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso sembari membawa telepon genggam miliknya. Berkali-kali ia menjawab panggilan telepon dari keluarganya yang hendak menengok buah hatinya.
Anaknya yang masih berusia 4 tahun dibawa ke RSPI Sulianti Saroso, Senin (11/12/2017) karena diduga menderita difteri. Gejalanya bahkan sudah ditunjukkan sejak Sabtu (9/12/2017).
"Bahkan sudah mulai menunjukkan gejala panas waktu di kampung, Purbalingga. Saya hari Kamis pulang kampung dulu, anaknya sudah panas. Dikira hanya demam biasa atau radang tenggorokan," ucap Aris.
Aris kemudian hanya membawa anaknya ke klinik terdekat. Selama 2 hari perawatan di sana dan minum obat, kesehatan anaknya tak kunjung membaik. Ia kemudian membawa anaknya ke RS Hermina Kemayoran.
Baca juga : Jangan Tolak Imunisasi Difteri, Penyakitnya Lebih Ngeri dari Vaksinnya
"Malam-malam saya kesana, jam 11. Dari sana, dokter menyarankan langsung untuk dibawa ke RSPI Sulianti Saroso karena diduga terkena difteri. Maka dari pagi saya sudah di sini. Ini ada keluarga yang mau datang jenguk," ucap Aris.
Lain Aris, lain Robi. Warga Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur, ini tengah menjaga sang adik yang berusia 9 tahun. Sejak Sabtu, adiknya menjadi salah satu pasien yang diduga terjangkit difteri.
"Tanda-tandanya seperti radang. Keluarga bawa ke klinik, tapi tidak sembuh. Kami larikan ke RSUD Kramat Jati, baru dirujuk ke RSPI. Saya baru tahu semua pasien malah ke sini," ucap Robi.
Baca juga : Menkes Tengok Kondisi Pasien Difteri di RSPI Sulianti Saroso
Keluarga kemudian didatangi pihak puskesmas untuk diperiksa yang kira-kira juga ikut terjangkit difteri. Selain adiknya, di wilayahnya tidak ada yang terkena tanda-tanda penyakit ini.
Baik Robi dan Aris mengaku mengikuti imunisasi seperti yang dianjurkan pemerintah. Mereka rutin memberikan imunisasi. Namun, mereka mengaku belum memberikan imunisasi DPT kepada anak maupun adik mereka.
Baca juga : Diduga Idap Difteri, Delapan Orang Diisolasi di RSPI Sulianti Saroso
Aris dan Robi bersyukur biaya perawatan dan pengobatan ditanggung pemerintah.
"Saya dengar biayanya lebih dari Rp 10 juta, saya bersyukur sudah dibantu pemerintah. Kalau tidak (ditanggung pemerintah), bakal bingung. Ini saja saya tidak kerja karena mengurus anak, semoga lekas sembuh," ucap Aris.
Dari Januari hingga November, tercatat 61 pasien difteri diisolasi di RSPI Sulianti Saroso. 3 pasien diantaranya meninggal dunia.
Difteri merupakan penyakit yang disebabkan infeksi bakteri yang umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan serta terkadang dapat memengaruhi kulit. Difteri termasuk penyakit menular dan infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa anak-anak dan orang dewasa