Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Juru Parkir di Jalan Sabang Akan Diangkat sebagai Pegawai Kontrak

Kompas.com - 14/02/2018, 22:08 WIB
David Oliver Purba,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Manager Humas UP Perpakiran Dinas Perhubungan DKI Jakarta Ivan Valentino mengatakan, pihaknya berencana merekrut juru parkir (jukir) di Jalan Sabang, Jakarta Pusat untuk dijadikan sebagai pegawai kontrak.

Ivan mengatakan, saat ini instansinya sedang melakukan pendataan jumlah jukir di kawasan tersebut. Sistem kontrak direncanakan berdurasi satu tahun dan akan diperpanjang di tahun berikutnya.

Para jukir akan mendapatkan gaji sesuai UMP, serta tunjangan hari raya (THR).

"Ada hal positif bahwa rekan-rekan ini sedang didata dalam proses untuk dijadikan tenaga kontrak," kata Ivan, Rabu (14/2/2018).

Baca juga : Mesin Parkir Meter Era Ahok di Mata Jukir

Ivan mengatakan, dari data sementara ada 30 jukir di Jalan Sabang. Pihaknya harus berhitung apakah 30 jukir itu efektif untuk bertugas di Jalan Sabang yang hanya memiliki 11 mesin parkir. Ivan mengatakan, dalam hitungannya idealnya satu mesin parkir dijaga dua jukir.

Dari informasi petugas UP Perparkiran di lapangan, tidak semua jukir bekerja setiap hari. Ada sejumlah jukir yang bekerja sehari atau dua hari dalam sepekan.

Ivan mengatakan rencana tersebut sedang dalam tahap penggodokan. Pimpinannya, kata Ivan, telah menginstruksikan agar kontrak para jukir bisa segera diselesaikan.

"Dalam kajian kami untuk berapa jumlahnya ya kami memperhitungkan masalah kelayakan dan kepatutan. Kan kami enggak mau orang enggak kerja terus kami bayar. Nanti menimbulkan kecemburuan kepada rekan-rekan lainnya," ujar Ivan.

Dalam pemberitaan Kompas.com sebelumnya, sejumlah jukir di Jalan Sabang berharap kejelasan status. Setelah kontrak pengoperasian mesin parkir oleh PT Mata Biru habis pada Desember 2017, sistem perparkiran di Jalan Sabang diambil alih Pemprov DKI.

Juru parkir yang sebelumnya bekerja untuk PT Mata Biru kini bekerja di bawah Pemprov DKI. Namun, status mereka tidak jelas. Tidak ada kontrak atau ikatan kerja apapun antara para jukir dan Pemprov DKI. Begitu juga dengan penggajian. Para jukir menyebut mereka tidak mendapat gaji, melainkan uang makan Rp 100.000 per shift. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com