Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Wahyudin Meraup Untung dari Bajaj Oranye

Kompas.com - 08/03/2018, 09:00 WIB
David Oliver Purba,
Kurnia Sari Aziza

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah bajaj yang usang dan tidak terawat di Gang Makmur, Cideng, Jakarta Pusat, dimanfaatkan sebagian warga untuk meraup keuntungan.

Wahyudin misalnya, warga yang tinggal selama puluhan tahun di Gang Makmur melihat besarnya peluang mendapatkan pundi-pundi keuntungan dari transportasi yang sempat eksis pada tahun 1975 itu.

Bermodal Rp 4 juta-Rp 5 juta, Wahyudin mereparasi bajaj yang rusak dan usang, menjadi bajaj baru.

Baca juga: Melihat Kuburan Bajaj Oranye di Gang Makmur Jakarta Pusat

Adapun modal tersebut digunakan untuk membeli bajaj Rp 3 juta-Rp 4 juta, melakukan pengecatan ulang, serta reparasi, dan mengganti sejumlah spare part bajaj tersebut.

"Misalnya perbaikan kap yang bolong, lalu bodi bajaj yang karatan atau bolong didempul, dicat ulang. Kalau misalnya bagian mesin sudah tidak bisa digunakan, terpaksa harus diganti," ujar Wahyudin saat berbincang dengan Kompas.com di Gang Makmur, Cideng, Jakarta Pusat, Rabu (7/3/2018).

Belasan bajaj oranye usang  teronggok di sepanjang ruas jalan yang terletak di kawasan Cideng, Jakarta Pusat, Rabu (7/3/2018).KOMPAS.com/DAVID OLIVER PURBA Belasan bajaj oranye usang teronggok di sepanjang ruas jalan yang terletak di kawasan Cideng, Jakarta Pusat, Rabu (7/3/2018).
Wahyudin mengatakan, biasanya dia menjual satu unit bajaj yang telah direparasi seharga Rp 6 juta.

Baca juga: Bajaj Ditilang di JLNT Casablanca, Penumpang Pun Pindahkan ke Taksi

Harga tersebut bisa saja berubah tergantung dari harga bajaj lama yang dibelinya serta kenaikan harga spare part bajaj tersebut.

Sejak bajaj oranye banyak diburu orang, harga bajaj oranye menjadi cukup tinggi. Mulai dari Rp 2 juta hingga Rp 3,5 juta.

Selain di Jakarta, Wahyudin pernah menjual bajaj miliknya ke Yogyakarta, Lampung, Purwekerto, dan Bali.

Baca juga: Cerita Mantan Sopir Bemo yang Kini Beralih ke Bajaj Roda Empat

Ia mengatakan, kebanyakan bajaj tersebut dibeli pemilik kafe untuk pajangan.

Ini karena bajaj oranye terkesan unik dan bersejarah.

Ada juga pembeli bajaj Wahyudin dari Bali sengaja membeli untuk angkutan hotel.

Baca juga: Naik Bajaj Aja, Neng... Ini Ditunggu sampai Malam Enggak Bakal Jalan

Pemotor melintas di dekat bangkai bajaj oranye di kawasan Cideng, Jakarta, Senin (5/3/2018). Bajaj oranye yang masuk ke Jakarta pada tahun 1975 dan kini menjadi bangkai bajaj itu dijual seharga Rp5 juta kepada para pelaku bisnis rumah makan untuk digunakan sebagai hiasan di restoran dan cafe.KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG Pemotor melintas di dekat bangkai bajaj oranye di kawasan Cideng, Jakarta, Senin (5/3/2018). Bajaj oranye yang masuk ke Jakarta pada tahun 1975 dan kini menjadi bangkai bajaj itu dijual seharga Rp5 juta kepada para pelaku bisnis rumah makan untuk digunakan sebagai hiasan di restoran dan cafe.
Pembeli lainnya sengaja memesan bajaj tersebut sebagai transportasi angkutan barang. Contohnya, pembeli dari Lampung.

Wahyudin memanfaatkan media sosial Facebook untuk mengiklankan bajaj miliknya. Iklan di media sosial tersebut sangat efektif.

Tercatat, sejak 1,5 tahun lalu, lebih dari 15 unit bajaj yang telah terjual.

Baca juga: Jika Dasarnya HAM, Bajaj dan Becak Harusnya Boleh Lewat Thamrin

Selain dijual, bajaj milik Wahyudin juga beberapa kali disewa sejumlah rumah produksi film. Wahyudin mematok harga sewa bajaj Rp 500.000 per hari.

"Kemarin ada dibuat sewa untuk syuting. Pernah empat hari, ya dapat Rp 2 juta," ujar Wahyudin.

Bajaj Wahyudin juga sering disewa untuk dipamerkan saat festival kebudayaan, serta dijadikan pajangan di stan bazar.

Kompas TV Ukurannya yang kecil dan bermesin mudah bermanuver di gang-gang ibu kota
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com