Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pemudik Pernah Berebut Tempat Duduk dan Berdiri 6 Jam di Kereta

Kompas.com - 11/06/2018, 22:49 WIB
David Oliver Purba,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perubahan wajah perkeretaapian Indonesia kian dirasakan para pemudik yang kerap menggunakan kereta api untuk perjalanan menuju kampung halaman.

Tumadi, penumpang kereta api yang hendak menuju Madiun, Jawa Timur, misalnya, menilai pelayanan kereta api saat ini sudah jauh berubah. Tumadi ingat, tahun 2005, pelayanan kereta api jauh dari baik.

Soal tempat duduk misalnya, meski telah membeli tiket, itu tak memastikan Tumadi bisa duduk di kereta. Istilah "siapa cepat dia dapat" masih berlaku saat itu.

"Kalau dulu saya harus nyari tiket ke Tanah Abang, nyari tempat duduk susah banget. Kalau dulu sebelum kereta berangkat, kita enggak boleh ninggalin tempat duduk, kalau enggak ya diambil orang," ujar Tumadi saat berbincang dengan Kompas.com di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin (11/6/2018).

Baca juga: PT KAI Berangkatkan 24.922 Penumpang dari Stasiun Senen Hari Ini

Saat itu, kenang Tumadi, kesemrawutan terjadi juga sepanjang perjalanan. Di atas kereta banyak penjual makanan yang berjualan.

Tumadi mengatakan, sekarang kondisi sudah jauh berbeda. Setelah membeli tiket, kini Tumadi tak perlu berjibaku untuk mendapatkan tempat duduk. Tumadi hanya perlu berangkat lebih awal agar tidak terlambat karena kemacetan di Jakarta.

"Wah, dulu penjual makanan masih banyak. Tapi sekarang pelayanan sudah jauh lebih baik," ujar Tumadi.

Dani, penumpang kereta lainnya menceritakan pada tahun 2000-an, dia harus berdiri selama enam jam di dalam kereta dari Solo menuju Surabaya. Saat itu, kata Dani, pelayanan di kereta tidak terlalu baik.

Meski tempat duduk telah penuh, kereta tetap bisa dinaiki. Mau tidak mau, para penumpang harus berdiri jika ingin sampai ke tujuan.

"Dulu banyak berdiri, ya ditahankan 6 jam, bahkan sampai toilet berdirinya," ujar Dani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com