Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penumpang KRL di Stasiun Bekasi Kecewa Kini Tak Bisa Beli Tiket Pulang Pergi

Kompas.com - 23/07/2018, 09:29 WIB
Rindi Nuris Velarosdela,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) di Stasiun Bekasi mengeluhkan kebijakan bahwa mereka tidak dapat membeli tiket kertas untuk perjalanan Pulang Pergi (PP) pada Senin (23/7/2018).

Salah satunya, Siti (35), penumpang jurusan tujuan Stasiun Tanah Abang. Ia mengaku telah antre sekitar 5 menit untuk membeli tiket kertas.

"Sudah antre lama, malah enggak bisa beli tiket PP. Kan butuh waktu lama lagi ntar pulangnya harus antre lagi," tegas Siti kepada Kompas.com, Senin (23/7/2018).

Siti menuturkan, seharusnya petugas Stasiun Bekasi membantu penumpang agar perjalanan tidak terganggu.

"Petugasnya kan harusnya sudah siap. Kalau ada perubahan ya pelayanan juga berubah. Masa enggak bisa beli tiket PP. Enggak ada penjelasan juga kenapa enggak boleh," kata Siti.

Pendapat serupa juga dikeluhkan Tigor (28), karwayan yang yang hendak naik KRL menuju Stasiun Sudirman.

"Seharusnya kan sudah masuk kereta, tapi ini masih harus antre tiket kertas. Sudah capek antre, malah enggak bisa beli tiket PP, berarti nanti harus antre tiket lagi dong pas pulang," kata Tigor.

Antrean panjang di Stasiun Bekasi, Senin (23/7/2018).DEAN Antrean panjang di Stasiun Bekasi, Senin (23/7/2018).

Ia berharap sistem pembaruan dan perbaikan sistem e-ticketing cepat selesai sehingga tidak mengganggu perjalanan para penumpang.

"Kita sudah susah ya mbak. Harus berdesakan sama penumpang selama perjalanan, ini masih harus antre tiket kertas segala. Cepat beres dong, jangan bikin kita tambah susah," jelas Tigor.

Pantauan Kompas.com di Stasiun Bekasi pukul 08.30 WIB, masih terlihat antrean penumpang yang ingin membeli tiket kertas. Tampak 25-30 penumpang KRL dalam satu garis antrean.

Stasiun Bekasi membuka 5 loket untuk membantu para penumpang dalam pembelian tiket kertas.

Saat Kompas.com mencoba ikut antre, dibutuhkan waktu sekitar 6 menit untuk mendapatkan tiket kertas.

Petugas loket di Stasiun Bekasi pun menyampaikan permintaan maaf terkait larangan untuk membeli tiket PP.

"Mohon maaf belum bisa beli tiket PP ya mbak," ucap salah satu petugas loket di Stasiun Bekasi.

Namun, petugas Stasiun Bekasi enggan berkomentar mengenai alasan larangan pembelian tiket PP.

Seperti diketahui bahwa selama pembaharuan dan perbaikan sistem e-ticketing, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) memberlakukan pembelian tiket kertas seharga Rp. 3000 untuk semua tujuan mulai Senin (23/7/2018).

VP Komunikasi PT KCI Eva Chairunisa, dalam keterangan tertulis, Minggu (22/7/2018) menyatakan bahwa transaksi dengan tiket kertas dimulai dari perjalanan kereta pertama hingga kereta terakhir.

Pengguna KRL, lanjut dia, dapat membeli tiket kertas di loket-loket yang tersedia di stasiun maupun pada petugas stasiun di luar loket.

"Satu tiket kertas hanya dapat digunakan satu orang pengguna KRL untuk satu kali perjalanan. Setelah tiket dibeli, tiket kertas perlu diperlihatkan kepada petugas untuk ditandai bahwa tiket tersebut telah terpakai dan selanjutnya disimpan sebagai tanda bukti perjalanan," katanya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit, Ternyata Anak Kandung Sendiri

Polisi Tangkap Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit, Ternyata Anak Kandung Sendiri

Megapolitan
Diduga Korsleting, Bengkel Motor Sekaligus Rumah Tinggal di Cibubur Terbakar

Diduga Korsleting, Bengkel Motor Sekaligus Rumah Tinggal di Cibubur Terbakar

Megapolitan
Kardinal Suharyo Tegaskan Gereja Katolik Tak Sama dengan Ormas Keagamaan

Kardinal Suharyo Tegaskan Gereja Katolik Tak Sama dengan Ormas Keagamaan

Megapolitan
Ditawari Izin Tambang, Kardinal Suharyo: Itu Bukan Wilayah Kami

Ditawari Izin Tambang, Kardinal Suharyo: Itu Bukan Wilayah Kami

Megapolitan
Pemuda yang Sekap dan Aniaya Kekasihnya di Pondok Aren Ditangkap Polisi

Pemuda yang Sekap dan Aniaya Kekasihnya di Pondok Aren Ditangkap Polisi

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Lapor Polisi soal Penjarahan Sejak 2023

Pengelola Rusunawa Marunda Lapor Polisi soal Penjarahan Sejak 2023

Megapolitan
Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia: Waktu Singkat dan Enggan Naik Mobil Antipeluru

Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia: Waktu Singkat dan Enggan Naik Mobil Antipeluru

Megapolitan
Pedagang Perabot di Duren Sawit Tewas dengan Luka Tusuk

Pedagang Perabot di Duren Sawit Tewas dengan Luka Tusuk

Megapolitan
Tak Disangka, Grafiti Bikin Fermul Belajar Mengontrol Emosi

Tak Disangka, Grafiti Bikin Fermul Belajar Mengontrol Emosi

Megapolitan
Sambut Positif jika Anies Ingin Bertemu Prabowo, PAN: Konsep 'Winner Takes All' Tidak Dikenal

Sambut Positif jika Anies Ingin Bertemu Prabowo, PAN: Konsep "Winner Takes All" Tidak Dikenal

Megapolitan
Seniman Grafiti Ingin Buat Tembok Jakarta Lebih Berwarna meski Aksinya Dicap Vandalisme

Seniman Grafiti Ingin Buat Tembok Jakarta Lebih Berwarna meski Aksinya Dicap Vandalisme

Megapolitan
Kunjungan Paus ke Indonesia Jadi yang Kali Ketiga Sepanjang Sejarah

Kunjungan Paus ke Indonesia Jadi yang Kali Ketiga Sepanjang Sejarah

Megapolitan
Kardinal Suharyo: Kunjungan Paus Penting, tapi Lebih Penting Mengikuti Teladannya

Kardinal Suharyo: Kunjungan Paus Penting, tapi Lebih Penting Mengikuti Teladannya

Megapolitan
Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia, Diagendakan Mampir ke Istiqlal hingga GBK

Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia, Diagendakan Mampir ke Istiqlal hingga GBK

Megapolitan
Warga Langsung Padati CFD Thamrin-Bundaran HI Usai Jakarta Marathon

Warga Langsung Padati CFD Thamrin-Bundaran HI Usai Jakarta Marathon

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com