Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melanjutkan Pencarian "Black Box" Lion Air JT 610 dengan KRI Spica...

Kompas.com - 09/01/2019, 08:38 WIB
Ardito Ramadhan,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com- Upaya pencarian black box berisi cockpit voice recorder pesawat Lion Air PK-LQP JT 610 yang jatuh di perairan Karawang kembali dilanjutkan.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi menggandeng Pushidros TNI Angkatan Laut dalam upaya pencarian lanjutan yang ditandai dengan pelepasan KRI Spica di Dermaga JICT 2, Jakarta Utara, Selasa (8/1/2019) kemarin.

"Agenda utama kita dua, kita mencari CVR dengan bantuan dari KRI Spica, karena ada beberapa peralatan yang dimiliki spesifik oleh mereka. Kami minta bantuan dari TNI AL untuk mendukung pencarian," kata Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono.

Kepala Pushidrosal Laksamana Muda Harjo Susmoro mengaku optimistis dapat menemukan black box berisi CVR. Sebab, area pencarian sudah dilokalisir di area seluas 5x5 meter persegi.

Baca juga: Ini Kecanggihan KRI Spica yang Dikerahkan Cari Black Box Lion Air

Apalagi KRI Spica mempunyai teknologi magnetometer yang bisa mendeteksi logam yang tertimbun hingga kedalaman 60 meter.

Teknologi lain yang dimiliki KRI Spica seperti multi-beam echo sounder, side-scan sonar, dan sub-buttom profiling juga akan dioptimalkan dalam proses pencarian.

"Kemudian dipandu lagi dengan magnetometer itu seharusnya secara teoritis harusnya bisa ketemu kecuali Allah menghendaki yang lain," ujar Harjo.

KRI Spica diberangkatkan mencari black box berisi CVR pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang, Selasa (8/1/2019).KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D KRI Spica diberangkatkan mencari black box berisi CVR pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang, Selasa (8/1/2019).

Kendati demikian, proses pencarian kali ini berkejaran dengan waktu. Sebab, usia hidup baterai black box diprediksi tinggal 15 hari lagi. Bila 15 hari itu terlewati, sinyal black box akan menghilang.

Baca juga: Baterai Black Box Lion Air Hanya 90 Hari, Pencariannya Maksimal hingga 15 Hari ke Depan

Soerjanto menambahkan, pihaknya tidak menutup kemungkinan akan mengangkat bagian tubuh korban bila ditemukan di area pencarian.

Ia menduga, selama ini bagian-bagian tubuh itu tersembunyi di balik serpihan-serpihan bangkai pesawat.

"Karena kan ketutup sama serpihan-serpihan itu kemungkinan besar enggak terlihat. Nanti kalau serpihan itu kita buka, kalau di bawah ada bagian-bagian human remain tentu juga nanti kita angkat," ujar Soerjanto.

Pesawat Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang jatuh di perairan Karawang pada Senin (29/10/2018) lalu.

Total ada 125 jenazah korban jatuhnya pesawat yang teridentifikasi dari total 189 penumpang dan awak kabin yang menaiki pesawat naas tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com