Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TPA Burangkeng Ditutup Warga, Sampah Menumpuk di Pasar Setu Bekasi

Kompas.com - 08/03/2019, 17:32 WIB
Dean Pahrevi,
Icha Rastika

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Sampah menumpuk di Pasar Setu, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, Jumat (8/3/2019).

Berdasarkan pantauan Kompas.com, sampah sayuran dan plastik menumpuk di tempat parkir kendaraan Pasar Setu.

Sampah juga terlihat menumpuk di sejumlah sudut pasar, seperti di pinggir jalan dan dekat area pedagang. Bau sampah menyengat pun tercium di sekitar pasar.

Menumpuknya sampah di Pasar Setu tersebut merupakan imbas dari ditutupnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Burangkeng oleh warga Desa Burangkeng.

Warga menutup TPA itu lantaran protes tidak pernah mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Kabupaten Bekasi.

"Sudah berhari-hari ini tidak ada yang angkut. Sampah numpuk semua tuh di jalanan, bau banget jadinya," kata Riki, pedagang di Pasar Setu, Jumat.

Sejumlah pedagang pun mengeluhkan tumpukan sampah yang mulai membusuk dan menimbulkam bau tak sedap itu.

Pelaksana Teknis Lapangan UPTD Pasar Setu Munaji mengatakan, pihaknya sudah mendengar keluhan dari sejumlah pedagang terkait tumpukan sampah di sekitar pasar.

Dia juga sudah berulang kali menginstruksikan sopir truk sampah untuk membawa sampah ke TPA Burangkeng. Namun, sopir tidak berani karena takut kena amukan warga Desa Burangkeng.

"Sudah berhari-hari numpuk sampahnya, sopir sih mau angkut tetapi takut sama warga. Kemarin (Senin (4/3/2019) kita sudah coba ke sana tetapi dicegat warga dan balik lagi ke sini truknya," ujar Munaji.

Tampak sampah menumpuk di Pasar Setu, Kabupaten Bekasi akibat TPA Burangkeng yang ditutup warga, Jumat (8/3/2019).KOMPAS.com/DEAN PAHREVI Tampak sampah menumpuk di Pasar Setu, Kabupaten Bekasi akibat TPA Burangkeng yang ditutup warga, Jumat (8/3/2019).

Menurut Munaji, pihaknya juga sudah mengalihkan sampah ke lahan kosong milik warga.

Namun, hal itu ditolak warga karena akan menimbulkan bau yang mengganggu warga. Setiap hari, kata dia, Pasar Setu memproduksi 6 ton sampah.

"Dulu itu masih mau lahannya dipakai tempat pembuangan sampah. Sekarang sudah enggak pada mau warga. Kita bingung mau bagaimana sekarang," ujar Munaji.

Pada Senin, ratusan warga Desa Burangkeng berunjuk rasa di depan TPA Burangkeng dengan menutup TPA.

Warga Desa Burangkeng pun menolak menghadiri undangan pertemuan dari Pemkab Bekasi di Kantor Sekretaris Daerah (Sekda) Pemkab Bekasi untuk membahas tuntutan warga terkait Tempat Pembuanhan Akhir (TPA) Burangkeng pada Rabu (6/3/2019) karena tak dihadiri Bupati dan Sekda Kabupaten Bekasi.

Karena menutupan TPA ini, tak ada truk sampah yang masuk ke area TPA.

Adapun tuntutan warga Desa Burangkeng antara lain dibangunnya saluran air di permukiman warga, ada uang kompensasi dari Pemkab Bekasi untuk warga, perbaikan akses jalan TPA, dan pemeliharaan serta pembenahan TPA.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Jakarta Pertimbangkan Usul DPRD DKI soal Sekolah Gratis Negeri dan Swasta

Pemprov DKI Jakarta Pertimbangkan Usul DPRD DKI soal Sekolah Gratis Negeri dan Swasta

Megapolitan
Komisi E DPRD DKI Desak Pemprov Wujudkan Sekolah Gratis Negeri dan Swasta, dari TK sampai SMA

Komisi E DPRD DKI Desak Pemprov Wujudkan Sekolah Gratis Negeri dan Swasta, dari TK sampai SMA

Megapolitan
Inikah Akhir Perjalanan Rosmini, Ibu Pengemis yang Marah-marah?

Inikah Akhir Perjalanan Rosmini, Ibu Pengemis yang Marah-marah?

Megapolitan
DJ East Blake Serahkan Diri ke Polisi Usai Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

DJ East Blake Serahkan Diri ke Polisi Usai Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Maju Mundurnya Ridwan Kamil untuk Pilkada DKI Jakarta...

Maju Mundurnya Ridwan Kamil untuk Pilkada DKI Jakarta...

Megapolitan
Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak: Pelaku Rekan Kerja, Motif Ekonomi Jadi Alasan

Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak: Pelaku Rekan Kerja, Motif Ekonomi Jadi Alasan

Megapolitan
DJ East Blake Ambil Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih Diam-diam karena Sakit Hati Diputuskan

DJ East Blake Ambil Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih Diam-diam karena Sakit Hati Diputuskan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Megapolitan
Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Megapolitan
Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Gerebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Wilayah Sentul Bogor

Polisi Gerebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Wilayah Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com