Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curhat Warga Jakut Kesulitan Dapat Air Bersih: Tak Mandi hingga Menumpuk Cucian

Kompas.com - 22/03/2019, 20:07 WIB
Tatang Guritno,
Kurnia Sari Aziza

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa warga yang menghadiri acara Peringatan Hari Air Sedunia di Kelurahan Kebon Bawang, Jakarta Utara, Jumat (22/3/2019) mengeluhkan sulitnya distribusi air bersih.

Adapun, Direktur Utama PAM Jaya Priyatno Bambang Hernowo dalam acara tersebut menyebutkan 40 persen warga Jakarta, terutama Jakarta Utara dan Jakarta Barat belum menikmati layanan air bersih.

"Memang air sudah jalan, tetapi ya tiap hari belum lancar. Kadang pagi nyala, tetapi jam 10.00 sudah mati. Nanti habis salat dzuhur baru nyala lagi," ujar warga RT 004/003 Kelurahan Penjaringan, Siti Rahma, di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat. 

Baca juga: Hari Air Sedunia, PBB Ajak Semua Orang Bantu Sesama Akses Air Bersih

Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, Siti mengaku tidak bisa hanya bergantung pada air PAM.

"Mesti beli air dengan jeriken juga. Soalnya aliran airnya kecil, enggak deras," katanya. 

Sementara itu, warga RT 007 Antok (52) mengeluhkan ia yang harus selalu begadang untuk menunggu aliran air lancar.

Baca juga: 3 Kelurahan di Jakarta Utara Sulit Dapatkan Air Bersih

"Air baru mengalir pukul 02.00, itu pun jam 03.30 sudah kecil lagi alirannya. Jadi tiap hari harus begadang, nungguin air," ujar Antok.

Aliran air bersih yang tersendat disebabkan pipa air yang berukuran kecil.  

"Pipanya ukuran 3 inci, enggak pakai pipa besar, ditambah di sini lokasinya di pojok. Jadi harus antre sama orang-orang yang rumahnya dekat aliran pipa besar untuk teraliri air bersih," katanya. 

Baca juga: PAM Jaya: 40 persen Warga Jakarta Belum Nikmati Air Bersih

Siti dan Antok mesti mengeluarkan biaya lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan air.

Setiap bulan, setidaknya mereka menghabiskan biaya Rp 100.000 untuk membayar layanan air PAM.

"Itu belum termasuk beli air dari jeriken kalau aliran lagi tersendat. Harga tiap gerobak berisi 6 jeriken Rp 6.000. Itu pun habis digunakan satu hari meski sudah diirit-irit," ujar Siti.

Baca juga: Pada Hari Air Dunia, Baru 72 Persen Masyarakat Bisa Akses Air Bersih

Sementara itu, Antok mengaku kerap menumpuk cucian berhari-hari. Bahkan, ia sampai tidak mandi karena tidak mendapat pasokan air bersih. 

"Pernah waktu air mati saya sampai tidak mandi dua hari, terus cucian juga pada ditumpuk. Habis air enggak ada," kata Antok. 

Sekretaris Masjid Luar Batang Herman (50) menjelaskan aliran air sudah lancar sejak bulan Februari.

Baca juga: PDAM Terjunkan Armada Air Bersih untuk Korban Banjir Bandang Jayapura

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Banyak Warga Berbohong: 'Ngaku' Masih Tinggal di Jakarta, Padahal Sudah Pindah

Banyak Warga Berbohong: 'Ngaku' Masih Tinggal di Jakarta, Padahal Sudah Pindah

Megapolitan
Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Megapolitan
Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika Cs ke Lido untuk Direhabilitasi

Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika Cs ke Lido untuk Direhabilitasi

Megapolitan
Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Megapolitan
Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Megapolitan
Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Megapolitan
Heru Budi Harap 'Groundbreaking' MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Heru Budi Harap "Groundbreaking" MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Megapolitan
Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com