JAKARTA, KOMPAS.com - Menjadi petugas pemadam kebakaran (Damkar) bukanlah hal yang mudah.
Pekerjaan ini membutuhkan fokus tinggi, fisik yang kuat, pandai bersosialisasi, serta sigap dan cepat tanggap dalam kondisi apapun.
Petugas damkar merupakan pekerjaan yang beresiko tinggi.
Namun, seiring perkembangan, tugas damkar tak hanya memadamkan api. Cakupan tugas damkar semakin meluas, yakni penyelamatan dan penanggulan bencana.
Karena cakupan yang cukup luas, petugas damkar sering mendapat panggilan dari masyarakat berupa evakuasi hewan liar, evakuasi bencana alam, serta menyelamatkan nyawa seseorang dari suatu tragedi/kecelakaan.
Baca juga: Lagi, Petugas Damkar Jakbar Temukan Seekor Anakan Kobra di Kembangan
Hal ini mengharuskan petugas damkar harus serba bisa.
Seorang petugas damkar setidaknya harus menguasai banyak keahlian, mulai dari memanjat atau turun menggunaan tali, berenang, dan menjinakkan hewan.
“Semuanya kita harus bisa, tak hanya padamin api aja, tetapi juga nolongin orang tenggelam, evakuasi korban kecelakaan, dan evakuasi hewan liar, seperti tawon vespa yang bahaya,” kata Eko Adi Haryanto (36), salah satu anggota damkar.
Eko bercerita, dirinya pernah mendapat laporan dari warga untuk mengevakuasi kucing peliharaannya yang terjebak di atas loteng rumah.
“Selain evakuasi ular, buaya, dan tawon, saya juga pernah diminta warga evakuasi kucing kesayangannya yang terjebak di loteng rumah,” ungkap pria yang sudah 15 tahun menjadi petugas damkar ini.
Baca juga: Sejak Awal Bulan, Petugas Damkar Depok Lebih Sering Tangkap Ular daripada Tangani Kebakaran
Eko sudah 15 tahun melakoni profesinya. Sejak awal, ia sudah siap menerima resiko apapun.
Ia tidak takut meskipun ketika sedang bekerja, Eko sering mengevakuasi mayat korban kebakaran yang gosong dan organ yang terbuai dari mayat korban kecelakaan.
Lain halnya dengan Saepul Rohman (29).
Pria ini pernah menolong warga yang hendak bunuh diri dengan cara hendak melompat dari menara SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) di Jati Baru, Tanah Abang pada 2011 silam.
“Anak kecil sih yang mau bunuh diri, alasannya karena keinginannya enggak diturutin sama orang tuanya. Lalu kami bujuk dia agar mau turun,” kenang Saepul.
Baca juga: Jari Membengkak gara-gara Cincin, Warga Depok Minta Bantuan Damkar