Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemkot Depok Klaim Pemeriksaan Covid-19 Makin Cepat

Kompas.com - 22/06/2020, 15:46 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Depok mengklaim bahwa pemeriksaan Covid-19 semakin cepat belakangan ini.

Hal ini sehubungan dengan melonggarnya berbagai perbatasan seiring dengan fase pembatasan sosial berskala besar (PSBB) proporsional yang diberlakukan di Depok sejak 5 Juni 2020 silam.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Novarita berujar, kecepatan tes utamanya berlaku pada proses rapid test (uji cepat) sebagai langkah penapisan awal.

"Dulu, jadwal rapid test-nya agak lama. Kalau sekarang sudah langsung. Kami dapat (data ODP dan OTG) langsung daftarin untuk rapid test-nya," ujar dia saat dihubungi Kompas.com, Senin (22/6/2020).

Baca juga: [UPDATE] Grafik Covid-19 21 Juni: Depok Tambah 2 Kasus Baru

Ia menambahkan, setiap harinya puskesmas-puskesmas di Kota Depok menerima data terbaru ODP, PDP, dan OTG Covid-19 dari Pusat Informasi Covid-19 (Pikodep).

Puskesmas di tiap wilayah langsung bekerja melakukan pemeriksaan pada masing-masing orang itu.

Sebetulnya, mekanisme ini adalah prosedur standar yang harus dilakukan oleh sistem pelayanan kesehatan di mana pun berada.

Namun, Novarita mengakui, awal-awal Covid-19 merebak di Depok, tak mudah buat melakukan rapid test dalam skala besar dan cepat.

Baca juga: Pemkot Depok Rencanakan Labkesda Sebagai Lab Utama Pemeriksaan Covid-19

"Dulu kan lama, nunggu banyak dulu (kasusnya), baru kami adakan rapid test," kata Novarita.

"Sekarang enggak. Setiap ada yang sudah terlacak, langsung kami jadwalkan untuk rapid test. Jadi, secepat mungkin rapid test, kemudian kalau reaktif langsung kami daftarkan untuk pemeriksaan swab-nya," jelas dia.

Sebelumnya, Novarita mengklaim pula bahwa pemeriksaan Covid-19 berbasis swab dan metode PCR juga makin cepat.

"Bisa 100-an spesimen sehari. Bisa 2-3 hari hasilnya sudah keluar," kata Novarita ketika dihubungi Kompas.com, Jumat (19/6/2020)

Baca juga: Pertama Kalinya Pemkot Depok Umumkan Jumlah Tes PCR, Rasionya Jauh di Bawah Standar WHO

Tes-tes tersebut dilakukan di tiga laboratorium pemeriksa Covid-19 di Depok, yakni Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda), RS Universitas Indonesia, dan RS Bhayangkara/Brimob.

Kendati makin cepat, nyatanya Depok masih punya pekerjaan rumah untuk memperbanyak kapasitas tes Covid-19 mereka.

Berdasarkan standar WHO, rasio tes PCR di suatu wilayah minimal 1.000 tes per 1 juta penduduk dalam sepekan.

Sementara itu, dengan jumlah penduduk sekitar 2,2-2,3 juta jiwa, rerata rasio tes PCR di Depok selama sepekan baru mencapai 300-310 orang per 1 juta penduduk jika tes per hari sebanyak 100 orang seperti klaim Novarita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Megapolitan
Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan 'OTT'

Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan "OTT"

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Megapolitan
Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Megapolitan
Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com