JAKARTA, KOMPAS.com- Rengasdengklok tidak bisa dilepaskan dari sejarah Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Siapa yang tak mengenal Rengasdengklok, tempat di mana Soekarno-Hatta diboyong Golongan Muda Indonesia untuk segera memproklamirkan Kemerdekaan.
Rengasdengklok telah menjadi saksi bisu pengantar negeri ini menuju gerbang kemerdekaan tepat di mana Soekarno-Hatta diculik golongan kaum muda.
Baca juga: 17 Agustus: Mengenang Rumah Petani Tionghoa, Tempat Penyusunan Teks Proklamasi di Rengasdengklok
Pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang mengirimkan surat ke kedutaannya di Swiss dan Swedia menyatakan menyerah pada Sekutu.
Posisi Jepang kala itu memang sedang terpojok pasca Kota Hirosima dibom oleh Amerika Serikat.
Dikutip dari artikel Kompas.com yang berjudul “Hari Ini dalam Sejarah: Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok”, pada 15 Agustus 1945 golongan muda melakukan rapat di Ruang Laboratorium Mikrologi di Pegangsaan Timur membicarakan pelaksanaan proklamasi tanpa menunggu pihak Jepang.
Ketegangan antara golongan tua dan golongan muda muncul dalam menyikapi peristiwa kekalahan Jepang dari Sekutu.
Perbedaan pandangan tentang kapan waktu yang tepat mengumumkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia antara golongan muda dan golongan tua itulah yang melatarbelakangi ketegangan tersebut.
Baca juga: Djiauw Kie Siong, Petani Rengasdengklok yang Rumahnya Disinggahi Soekarno Hatta
Kala itu kabar penyerahan Jepang masih abu-abu. Belum ada konfirmasi dari otoritas Jepang di Jakarta.
Pemerintah Jepang dengan tegas melarang penduduk Indonesia mendengarkan radio luar negeri. Sehingga, kabar kekalahan Jepang sulit ditembus rakyat Indonesia.
Berkat keuletan para pemuda terutama yang bekerja di kantor berita Jepang, maka informasi mengenai pidato Kaisar Hirohito tentang Jepang menyerah tanpa syarat ke Sekutu dapat sampai ke Indonesia.
Menurut golongan muda Indonesia, kekalahan Jepang itu adalah waktu yang tepat untuk Indonesia merdeka. Golongan muda Indonesia mendesak agar proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia segera dilakukan.
Dilansir situs Kementerian Sekretariat Negara Rapublik Indonesia, para pemuda ini berseru kepada Bung Karno.
"Sekarang Bung, sekarang! Malam ini juga kita kobarkan revolusi!" kata Chaerul Saleh.
Dia juga menyakinkan Bung Karno bahwa ribuan pasukan bersenjata sudah siap mengepung kota dengan maksud mengusir tentara Jepang.