Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Penyebab Penumpukan Pesawat di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta Senin Lalu

Kompas.com - 30/12/2020, 10:30 WIB
Muhammad Naufal,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Penumpukan penumpang pesawat yang terjadi di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, viral di sosial media Twitter, Senin (28/12/2020) malam.

Akun Twitter @arisrmd mengunggah sebuah foto yang memperlihatkan sejumlah orang memenuhi sebuah ruangan. Akun tersebut menyatakan penumpukan terjadi di Terminal 3 (T3) Bandara Soekarno-Hatta.

Keterangan foto dalam unggahan itu berbunyi, "Baru dapat dari rekan sejawat, beginilah kedatangan T3 kedatangan internasional malam ini. Entah mau jadi apa kita ini."

Berdasar unggahan tersebut, Kompas.com langsung melakukan pemantauan di Terminal 3 serta melakukan konfirmasi kepada Satgas Covid-19 Bandara Soekarno-Hatta dan Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Soekarno-Hatta pada Selasa (29/12/2020) kemarin.

Baca juga: Satgas Covid-19 Soekarno-Hatta: Penumpukan Penumpang di Terminal 3 Terjadi Saat Tunggu Bus ke Tempat Karantina

Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Soekarno-Hatta, Darmawali Handoko mengatakan, proses sebelum menuju tempat karantina jadi salah satu alasan sekitar 200 penumpang pesawat penerbangan internasional sempat menumpuk di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Senin malam.

Para penumpang itu baru saja mendarat di Soekarno-Hatta dari luar negeri.

"Ada sekitar 200-an orang itu ya tadi malam, tapi intinya semua sudah tersalurkan ke hotel (untuk karantina)," kata Darmawali, Selasa malam.

Kepala Satgas Covid-19 Bandara Soekarno-Hatta, Kolonel LA Siladan turut mengonfirmasi, proses sebelum penumpang dikarantina menjadi faktor mereka terhambat di dalam Terminal 3.

Dia menambahkan, tempat karantina masing-masing penumpang harus dipastikan sudah siap untuk didatangi. Usai dipastikan, baru seluruh penumpang diantar ke tempat karantina.

Baca juga: Proses Karantina Turut Jadi Sebab Penumpukan Penumpang di Terminal 3 Soekarno-Hatta

"Proses menuju lokasi karantina ini yang kemudian menyebabkan adanya kepadatan di Terminal 3 Kedatangan Internasional, sebagaimana foto yang beredar di media sosial. (Juga) karena sejumlah pesawat juga bersamaan," ujar dia.

Selain itu, menurut Siladan, beberapa warga negara asing (WNA) sempat protes karena harus dikarantina. Hal itu turut menjadi sebab terjadinya penumpukan penumpang.

Masih mampu mengontrol

Kapolres Bandara Soekarno-Hatta, Kombes Pol Adi Ferdian menegaskan kepadatan penumpang yang sempat terjadi pada Senin malam masih dapat dikontrol pihak Polri dan TNI yang berjaga di Terminal 3.

"Kemarin malam kami ada di sini. Sebenarnya itu tidak banyak. Tapi terlihat saja seperti menumpuk karena tempatnya kecil," ujar dia, Selasa sore.

Baca juga: Satgas Covid-19 Soekarno-Hatta: Banyak WNA Tak Tahu Aturan Karantina

Beberapa WNI dan WNA berkeberatan dikarantina

Salah satu WNI yang keberatan adalah Mischa. Perempuan yang datang dari Riyadh ini mengaku hendak menuju ke Malang pada tanggal 31 Desember nanti. Oleh karenannya, ia mengaku menolak dikarantina.

"Ini hasil PCR test saya negatif, kok disuruh karantina lagi," tegas Mischa di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Selasa siang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Antusiasme Warga Berbondong-bondong Padati Balai Kota Menyambut Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542

Antusiasme Warga Berbondong-bondong Padati Balai Kota Menyambut Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542

Megapolitan
Dishub Kota Bogor Lakukan Pengalihan Arus Lalin Saat Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542 Hari Ini

Dishub Kota Bogor Lakukan Pengalihan Arus Lalin Saat Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542 Hari Ini

Megapolitan
Mau Datang ke Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542, Cek di Sini 8 Kantong Parkirnya

Mau Datang ke Helaran Hari Jadi Bogor Ke-542, Cek di Sini 8 Kantong Parkirnya

Megapolitan
Kuasa Hukum dan Keluarga Pegi Kecewa Tak Diundang Polisi ke Pra-rekonstruksi

Kuasa Hukum dan Keluarga Pegi Kecewa Tak Diundang Polisi ke Pra-rekonstruksi

Megapolitan
Kuasa Hukum Bantah Pegi Pakai Nama Samaran “Robi’ dan “Perong”

Kuasa Hukum Bantah Pegi Pakai Nama Samaran “Robi’ dan “Perong”

Megapolitan
Kaesang Pangarep dan Istrinya ke Tangerang, Nonton 'Baku Hantam Championship'

Kaesang Pangarep dan Istrinya ke Tangerang, Nonton "Baku Hantam Championship"

Megapolitan
Diisukan Bakal Dipindah ke Nusakambangan, Pegi Perong Tiap Malam Menangis

Diisukan Bakal Dipindah ke Nusakambangan, Pegi Perong Tiap Malam Menangis

Megapolitan
Juru Parkir Liar di JIS Bikin Resah Masyarakat, Polisi Siap Menindak

Juru Parkir Liar di JIS Bikin Resah Masyarakat, Polisi Siap Menindak

Megapolitan
Pegi Perong Bakal Ajukan Praperadilan Atas Penetapannya sebagai Tersangka di Kasus Vina Cirebon

Pegi Perong Bakal Ajukan Praperadilan Atas Penetapannya sebagai Tersangka di Kasus Vina Cirebon

Megapolitan
Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Megapolitan
Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Megapolitan
Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Megapolitan
Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Megapolitan
Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Megapolitan
3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com