Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Tunanetra Pertaruhkan Nyawa karena Jalurnya Diserobot...

Kompas.com - 01/03/2021, 12:05 WIB
Ivany Atina Arbi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Jalur khusus penyandang disabilitas yang disediakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di trotoar Ibu Kota kini seolah kehilangan maknanya.

Hal ini terjadi lantaran trotoar yang sudah dibangun sedemikian rupa itu tetap diserobot oleh pengguna jalan lainnya dan dijadikan lahan parkir.

Ridwan (40), tunanetra penjual kerupuk, mengaku sering menabrak mobil atau truk yang tengah parkir ketika ia menyusuri yellow line, atau jalur khusus dari paving blok berwarna kuning (guiding block) untuk penyandang disabilitas.

Menurutnya, banyak mobil yang parkir di sepanjang trotoar Jalan Panglima Polim Jakarta Selatan, ruas jalan yang sering ia lalui ketika berjualan.

Baca juga: Tunanetra Tabrak Truk di Trotoar, Koalisi Pejalan Kaki: Jalan Fatmawati-Blok M Itu Jalur Tengkorak

Tak jarang, Ridwan sampai harus turun ke jalan raya untuk menghindari mobil yang parkir sembarangan di trotoar.

"Sudah enggak heran kalau trotoar selalu dipakai. Kadang-kadang kan saya ngalah ke jalan bawah. Bingung juga, kalau terlalu kanan nanti keserempet motor dan mobil. Takut ketabrak saya," kata Ridwan saat ditemui Kompas.com, Jumat (26/2/2021).

Ridwan sudah berkeliling Jakarta Selatan untuk berjualan kerupuk selama empat tahun terakhir. Ia mengaku pasrah menghadapi trotoar yang tak ramah disabilitas.

Namun, dari tutur katanya, Ridwan terlihat tak bisa memendam rasa kesalnya.

Baca juga: Pemprov DKI Diminta Bereskan Persoalan Trotoar yang Kerap Dijadikan Lahan Parkir

“Selama empat tahun keliling di Jakarta Selatan jadi tahu kondisi trotoar di Jakarta Selatan. Dari belum ada jalur kuning, sampai ada,” kata Ridwan dengan suara agak meninggi sambil mengentakkan kakinya di jalur kuning.

Ridwan kerap bertemu mobil, motor, dan gerobak yang parkir di trotoar. Ia pun berharap masyarakat sadar akan pentingnya jalur kuning di trotoar sehingga tidak menyerobot jalur tersebut.

“Pemerintah ngadain ini (jalur kuning) jangan sampai sia-sia. Jadi biar bisa dimanfaatin. Tolonglah orang-orang yang tahu, kasih tahu gunanya (jalur kuning) buat orang tunanetra," kata Ridwan.

"Saya di setiap jalan, terutama di Jakarta Selatan, engak ada kenyamanan, selalu dipenuhi parkir motor dan mobil,” imbuhnya.

Baca juga: Pemprov DKI Diminta Bereskan Persoalan Trotoar yang Kerap Dijadikan Lahan Parkir

Nyawa tunanetra dalam ancaman

Koalisi Pejalan Kaki menilai, perampasan hak trotoar untuk penyandang disabilitas telah membahayakan nyawa mereka.

Ketua Koalisi Pejalan Kaki Alfred Sitorus mengaku sudah mengetahui cerita tentang tunanetra penjual kerupuk, Ridwan, yang harus turun ke jalan untuk menghindari kendaraan yang terparkir di trotoar.

"Kita sama saja sudah menyodorkan nyawa teman-teman disabilitas dengan kondisi begitu (trotoar yang diokupasi)," ujar Alfred, Minggu (28/2/2021).

Ia mempertanyakan, saiapa yang akan bertanggung jawab jika kecelakaan menimpa para penyandang disabilitas.

"Ketika mentok, menabrak, dan celaka, siapa yang bisa klaim asuransi? Asuransi apa (yang tersedia) ketika mereka celaka? Ketika infrastruktur bikin mereka celaka?," tutur Alfred.

Menurut dia, urusan aksesibilitas bagi pejalan kaki dan penyandang disabilitas adalah urusan yang mutlak dan tak bisa ditawar.

(Penulis : Wahyu Adityo Prodjo/ Editor : Nursita Sari)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com