Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/03/2021, 13:54 WIB
Ira Gita Natalia Sembiring,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Selama satu tahun ini pandemi Covid-19 telah mengubah kehidupan masyarakat Indonesia.

Pada 2 Maret 2020 lalu, Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama infeksi virus SARS-CoV-2 di Indonesia, tepatnya di Depok, Jawa Barat.

Di awal pandemi, pemerintah langsung memberlakukan pembatasan sosial besar-besaran. Semua kegiatan yang melibatkan banyak orang ditiadakan demi menekan penyebaran virus.

Baca juga: IDI Jakarta: Setahun Pandemi Covid-19 Harus Jadi Pelajaran bagi Kita Semua

Sejak saat itu, keberadaan virus ini langsung berdampak ke berbagai sektor kehidupan, seperti kesehatan dan perekonomian.

Banyak orang yang kehilangan pekerjaannya, ada pula yang pendapatannya menurun drastis.

Seperti yang dialami Nur Anggraeni (26) atau akrab disapa Anggy.

Karyawati di sebuah perusahaan yang berlokasi di TB Simatupang, Jakarta Selatan ini diputus kontrak setelah tiga tahun bekerja.

Baca juga: Banyak PHK Selama Pandemi, Jokowi: Buat Pekerja Kembali Bekerja

"Selama satu tahun pandemi yang pasti saya kehilangan pekerjaan saya, sebal banget. September kemarin saya kena pemutusan kerja dari kantor saya," kata Anggy kepada Kompas.com, Rabu (3/2/2021).

"Sempat nyesek karena kinerjaku dinilai cukup bagus, tapi karena perusahaannya enggak bisa menyelamatkan banyak orang, harus pangkas (jumlah) karyawan," sambungnya.

Ibu satu anak tersebut kini hanya mengandalkan penghasilan dari suaminya yang bekerja sebagai karyawan swasta.

Terlepas dari itu, Anggy berharap pandemi ini bisa berakhir sehingga kehidupan kembali normal seperti sedia kala.

Kalaupun belum, Anggy berharap ia masih bisa mendapat pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Baca juga: Setahun Pandemi: Munculnya Hobi Tanam Sayur Hidroponik dan Budidaya Lele di Tengah Berbagai Pembatasan

"Harapannya yang pasti ini cepat kelar, hilang, kita hidup kayak dulu lagi, kalau ketemu orang enggak takut, terus enggak perlu swab lah, ya hidup normal kayak dulu, kalaupun belum ya semoga bisa kerja lagi, pemasukan bertambah," tuturnya.

Hal serupa juga diinginkan oleh Sri Julianti (75). Warga Kelurahan Pademangan Barat ini sangat berharap pandemi segera lenyap dari Indonesia.

"Semoga cepet selesai. Coronanya cepet-cepet deh pulang kampung. Kangen bisa jalan-jalan lagi kayak dulu," ucap Sri saat ditemui usai menjalani vaksinasi lansia di Puskesmas Pademangan, Jakarta Utara, Rabu siang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com