Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

P2G: PR untuk Sekolah Tatap Muka adalah Vaksinasi Guru Lamban dan Pengawasan Murid

Kompas.com - 31/03/2021, 12:08 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menilai, ada sejumlah pekerjaan rumah (PR) yang mesti ditempuh pemerintah sebelum membuka kembali sekolah tatap muka secara nasional saat pandemi Covid-19 masih melanda.

Vaksinasi guru yang digembar-gemborkan saat ini belum cukup dijadikan dasar pertimbangan untuk kembali memulai sekolah tatap muka. Pasalnya, vaksinasi guru masih lambat, bahkan di DKI Jakarta sekalipun.

"Proses vaksinasi di Jakarta juga lamban, khususnya untuk guru-guru sekolah swasta. Sangat lamban dan masih sangat sedikit," kata Koordinator Nasional P2G, Satriwan Salim, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (31/3/2021).

Baca juga: Suara Orangtua Sikapi Rencana Sekolah Tatap Muka Mulai Juli

"Padahal, di Jakarta, lebih banyak sekolah swasta ketimbang sekolah negeri," tambah dia.

Vaksinasi guru yang lambat juga terjadi di Depok, Jawa Barat. Di Depok, guru yang memperoleh kesempatan vaksinasi Covid-19 pada gelombang pertama baru 3.636 orang (19 persen) dari total 18.850 yang didaftarkan dinas pendidikan setempat.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok Mohammad Thamrin menyebutkan, jumlah kelompok prioritas vaksinasi yang banyak, ditambah dengan suplai vaksin Covid-19 yang masih terbatas, membuat vaksinasi guru baru bisa dilakukan terhadap segelintir orang.

Di luar soal vaksinasi, Satriwan juga mengingatkan tentang mekanisme evaluasi dan pengawasan yang belum optimal.

Di Kota Bekasi, misalnya, evaluasi keamanan sekolah tatap muka yang telah digelar di 110 sekolah sejak pekan lalu hanya mengandalkan laporan dari kepala sekolah. Mekanisme pengawasan para murid selepas jam sekolah masih dipertanyakan, kendati pemerintah meminta orangtua agar mengantar jemput anak mereka.

Pemerintah harus melakukan inspeksi langsung ke lapangan, meninjau jumlah dan kelayakan sarana-prasarana penunjang protokol kesehatan di sekolah, sampai berpatroli mengawasi kegiatan anak-anak sepulang sekolah.

"Anak itu tidak bisa dikontrol oleh guru sepenuhnya, khususnya ketika keluar gerbang sekolah. Ketika anak di sekolah, guru-guru bisa saling mengawasi, tetapi ketika pulang sekolah tidak ada yang mengawasi," kata Satriwan.

Baca juga: Kapasitas Sekolah Tatap Muka di Kota Bekasi Masih Dibatasi

"Yang sudah terjadi dari daerah-daerah yang sudah masuk sekolah sejak Januari, anak-anak itu banyak berkerumun, bergerombol, mereka nongkrong ke mana-mana, tidak 3M lagi, prokes mereka langgar, tidak ada yang mengawasi," kata dia.

"Kami ada laporan di Bogor anak sudah berkerumun, pakai seragam sekolah, biasa saja tuh, bareng-bareng di kafe, khususnya pelajar SMP, SMA, dan SMK," ujar Satriwan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com