Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catatan Terakhir Korban Tewas Susur Sungai Ciamis: Desember Jemput Ya

Kompas.com - 19/10/2021, 12:07 WIB
Mita Amalia Hapsari,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - AS tak sanggup melihat catatan di secarik kertas yang dikirimkan anaknya MKF (12), beberapa hari sebelum tragedi susur sungai di Ciamis, Jawa Barat.

MKF merupakan satu dari 11 siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Harapan Baru yang ditemukan meninggal dunia terseret arus dan tenggelam saat susur Sungai Cileueur, Leuwi Ili Desa Utama Kecamatan Cijeunjing Kabupaten Ciamis, Jumat lalu.

AS mengatakan, beberapa hari sebelum kejadian, anaknya sempat mengirimkan gambar yang berisi catatan di secarik kertas tentang kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan.

Baca juga: Orangtua Korban Tewas Susur Sungai di Ciamis Ingin Tahu SOP Kegiatan

Setidaknya, terdapat 10 poin kebutuhan yang MKF tulis. Namun, pada poin ke 9, bocah berusia 12 tahun itu menuliskan kalimat yang membuat orangtuanya tak sanggup menatap gambar itu lagi.

"Pokoknya Desember nanti kalau libur, dijemput, oke! Di sini 50 persen betah, 50 persen tidak betah," begitu tulis MKF dengan tambahan dua buah emoji senyum di antara dua kalimat tersebut.

AS, ayah korban, mengaku menyimpan penyesalan karena tidak bisa mengabulkan permintaan terakhir anak keduanya itu.

Baca juga: Cerita Seputar TKP Tragedi Susur Sungai Ciamis: Nama Korban Hanyut Pertama Jadi Nama Kampung, hingga Dikenal Angker

"Gambar dua wajah senyum itu. Dia juga sebelumnya, sempat meminta ingin pulang karena kangen suasana rumah," ungkap AS sambil menangis mengenang anaknya.

AS mengatakan komunikasi terakhir dengan korban terjadi pada Senin (11/10/2021). Ia dan keluarga sempat melakukan panggilan video dengan MKF.

"Saat video call itu dia beberapa kali minta pulang, minta dijemput. Hanya saja saat itu belum bisa. Itu yang menjadi penyesalan saya," jelas dia.

Selain secarik kertas, AS juga mengingat anaknya memiliki sebuah buku harian, yang dia berikan saat mengantar anaknya masuk pesantren pada 24 Juli lalu.

Dari buku itu, ia berharap bisa mengetahui masa-masa terakhir anaknya, sekaligus menjadi obat rindu ke depannya.

Di sisi lain, meski kehilangan, AS dan istri mengaku ikhlas atas kepergian anaknya. Keduanya berharap penyelidikan atas tragedi tersebut bisa segera selesai, sehingga kronologi kejadian nahas itu bisa segera terungkap.

Ia mengatakan tidak bermaksud menyalahkan siapapun dalam peristiwa tersebut. Ia pun berterima kasih atas perhatian banyak pihak atas duka keluarganya, termasuk perhatian dari para pejabat, masyarakat, maupun pihak pondok pesantren.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com