JAKARTA, KOMPAS.com - Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, pelacakan kasus yang lemah menjadi sebuah ancaman akan merebaknya kasus Covid-19 varian Omicron di Jakarta.
Menurut dia, hal itu setelah melihat sejumlah kasus di kota negara lain yang memiliki kemampuan testing, tracing dan treatment (3T) banyak menyebar kasus Omicron.
"Saya ingin ingatkan, ketika kita gagal mendeteksi. itu kita menyimpan bom waktu masalah, baik jangka pendek dan panjang," kata Dicky saat dihubungi, Senin (17/1/2022).
Baca juga: Transmisi Lokal Varian Omicron di Jakarta Melonjak Jadi 243 Kasus
Menurut Dicky, persoalan jangka pendek yang akan terjadi karena 90 persen orang terpapar Omicron tak mengalami gejala.
Masyarakat yang tak merasakan sakit itu karena diduga tubuhnya sudah memiliki imunitas setelah vaksinasi atau pernah terinfeksi.
"Jangka pendek dalam artian dia tetap terdampak kesehatan dalam tubuhnya karena tidak ketahuan status (omicron) ini membuat dia akhirnya berpotensi besar menularkan pada orang sekitar," kata Dicky.
Hal sangat membahayakan apabila seorang yang terpapar tanpa mengalami gejala dapat menularkan orang berusia lanjut (lansia), bahkan termasuk dalam komorbid.
"Pada gilirannya cepat atau lambat akan menularkan pada kelompok beresiko tinggi meski sudah divaksinasi tapi karena beresiko tinggi, misal dia lansia, komorbit akhirnya juga membebani faskes, masuk icu atau meninggal," ucap Dicky.
Baca juga: Disdik Kota Tangerang Tetap Terapkan PTM 100 Persen meski Khawatir dengan Omicron
Diketahui, Dinas Kesehatan DKI Jakarta telah mendata ada 720 kasus Covid-19 yang terkonfirmasi varian Omicron.
Dari jumlah tersebut, 21 persen atau sebanyak 153 merupakan penularan dari transmisi lokal atau penularan yang terjadi di wilayah DKI Jakarta.
Sisanya, 78,8 persen atau 567 kasus dibawa oleh pelaku perjalanan luar negeri yang terkonfirmasi positif Covid-19 saat tiba di Indonesia.
Transmisi lokal Omicron yang sebelumnya sedikit mulai merangkak naik menyaingi angka kasus Covid-19 varian Omicron dari penularan impor.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.