Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesulitan Akses Air Bersih, Warga Muara Angke: Mandi dan Cuci Tunggu Hujan

Kompas.com - 22/02/2022, 15:05 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Kampung Blok Eceng, Blok Empang, dan Blok Limbah, di Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara, harus membayar Rp 400.000 per bulan untuk mendapatkan air bersih.

Pasalnya, kampung mereka belum memiliki jaringan perpipaan atau tandon air. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga harus membeli.

Persediaan air tersebut berasal dari perumahan warga lain yang sudah memiliki jaringan pipa Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya.

"Beli pikulan. Mereka (yang jual) dari perumahan warga yang sudah ada PAM-nya, dijual ke tukang air yang pakai dorongan itu," kata Nurweni (33), warga blok Eceng, saat ditemui di depan Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (22/2/2022).

Baca juga: Bawa Jeriken Kosong, Puluhan Warga Muara Angke Kirim Surat ke Anies Minta Layanan Air

Menurut Weni, persediaan air yang dibeli hanya digunakan untuk minum. Harganya Rp 15.000 untuk tiga pikul atau Rp 5.000 per 40 liter.

"Untuk mandi dan mencuci nunggu hujan, nunggu air rob. Sementara, kali sudah enggak ada yang bersih. Makanya kami harus minta ke pemerintah," kata dia.

Weni bersama puluhan warga dari tiga kampung itu melakukan aksi protes di Balai Kota sambil membawa jeriken kosong.

Mereka bermaksud untuk meminta Pemprov DKI Jakarta menyediakan layanan air bersih.

"Makanya kami minta langsung ke PAM biar agak murah karena kan dari pemerintah," kata dia.

Weni berharap Pemprov DKI segera menyediakan layanan air bagi warga di kampungnya. Sebab, warga sudah mulai kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air minum.

Baca juga: Bayar Rp 400.000 untuk Dapat Air Bersih, Warga Muara Angke: Kami Dipaksa Kaya padahal Banyak yang Dipecat

Setidaknya, kata Weni, pemerintah dapat menyediakan tandon atau tangki air bersih di kampungnya.

"Kami dipaksa kaya, apalagi dengan (kondisi) Corona seperti ini. Kami banyak yang dipecat, tidak ada pekerjaan, tapi kami harus tetap bayar kebutuhan hidup. Tubuh kami butuh air," kata Weni.

Weni mengatakan, sejak lahir dan besar di kampung tersebut, dirinya tidak pernah mendapatkan akses air bersih. Apalagi, permukimannya berada di bantaran kali.

Warga terpaksa harus membeli persediaan air bersih karena tidak ada jaringan perpipaan.

Dalam aksi tersebut, warga juga mengirim surat permohonan yang ditujukan kepada Gubernur Anies Baswedan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penampilan TikToker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Penampilan TikToker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Megapolitan
4 Pebisnis Judi 'Online' Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

4 Pebisnis Judi "Online" Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

Megapolitan
Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Megapolitan
Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Megapolitan
Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Megapolitan
Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Megapolitan
Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Megapolitan
Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Megapolitan
Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com