Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/04/2022, 05:00 WIB
Kristian Erdianto

Editor

KOMPAS.com - “Kartini itu luar biasa. Mendirikan sekolah dengan tenaga sendiri. Dia satu-satunya perempuan dengan pendidikan barat, waktu itu,” kata sastrawan Pramoedya Ananta Toer, dalam wawancara yang diterbitkan majalah Playboy Indonesia edisi April 2006.

Kekaguman terhadap sosok RA Kartini (21 April 1879 - 17 September 1904), ditorehkan Pramoedya melalui buku Panggil Aku Kartini Saja.

Judulnya mengutip dari kata-kata perpisahan kartini kepada salah sahabat penanya, Stella Zeehandelaar, dalam surat bertanggal 25 Mei 1899.

Baca juga: Kartini dan Mimpi Ajarkan Kesetaraan ke Anak-anaknya...

Karya ini disebut sebagai salah satu literatur sejarah pergerakan perempuan Indonesia. Peneliti Savitri Scherer mengatakan, Pramoedya telah meneliti tokoh perempuan asal Jepara itu, antara 1956 sampai 1961.

Menurut Savitri, dalam Pramoedya Ananta Toer: Luruh Dalam Ideologi (Komunitas Bambu, 2012), Pramoedya memiliki pandangan bahwa ide-ide progresif Kartini disebabkan oleh respons atas hierarki dan adat diskriminatif lingkungan feodalnya.

Pemikiran Kartini yang progresif, menurut Pramoedya, bukan disebabkan pertukaran ide dengan teman-temannya di Eropa. Pramoedya menguraikan fakta sifat feodal pengaturan rumah tangga bupati.

Baca juga: Panggil Aku Kartini Saja, Potret Kekaguman Pramoedya...

Ayah Kartini merupakan Bupati Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. Ibunya M. A. Ngasirah, keturunan seorang guru agama di Teluwakur, Jepara.

Istri yang bukan berasal kaum bangsawan memiliki tempat sendiri di luar bangunan rumah utama.

Situasi seperti ini, menurut Savitri, telah menimbulkan ketidaksenangan dan membangkitkan pemikiran progresif Kartini tentang dunia yang ideal, di mana semua orang setara.

 

Meneruskan semangat Kartini

Dikutip dari artikel Kartini dan Feminisme di Indonesia (Kompas, 20 April 2021), Kartini telah mencetuskan perubahan besar bagi kebangkitan perempuan Indonesia.

Kartini menjadikan pendidikan dan ilmu pengetahuan sebagai hal yang diperjuangkan dalam menuntut adanya kesetaraan.

Upaya itu tampak dari pembentukan sekolah bagi anak perempuan, seperti yang dikatakan oleh Pramoedya.

Bagi Kartini, pendidikan mutlak diperlukan untuk mengangkat derajat perempuan Indonesia. Pengajaran terhadap perempuan juga secara tidak langsung akan meningkatkan martabat bangsa.

Atas perjuangannya itu, Presiden Soekarno menerbitkan Ketetapan Presiden RI Nomor 108 Tahun 1964 tertanggal 2 Mei 1964. Soekarno menetapkan RA Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Baca juga: Kartini dan Pemikiran tentang Perempuan Berani, Mandiri, dan Penuh Perjuangan...

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka pada Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka pada Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com